Sabtu

Selingkuh Becinta Dengan Gigolo kocokan kejantanan Rio

Selingkuh Becinta Dengan Gigolo kocokan kejantanan Rio  Sesudah lama berpetualang dengan Hendra, saya butuh juga macam bermain seks yang beda, dengan ragu-ragu pada akhirnya kuusulkan ke Hendra untuk menyebut gigolo agar permainan jadi tambah menarik. Dengan berat hati Hendra menyepakati dengan prasyarat saya yang mencari serta dia yang mengambil keputusan atau pilih orangnya. 


Selingkuh Becinta Dengan Gigolo kocokan kejantanan Rio


Sesudah mencari info dari sana sini, pada akhirnya kudapatkan nomor telepon jaringan gigolo, saya tak mau lewat milist yang banyak tawarkan diri, karna dari pengalaman mereka cuma besar nyali serta nafsu saja, namun tidak dengan stamina serta macam permainan. Sesuai sama perjanjian dengan seseorang GM, pada akhirnya dia dapat kirim 3 orang buat kami tentukan ditempat kami bermalam, uang tidaklah problem untuk kami. 


Pada hari yang telah diputuskan, kami cek in di Hotel Sahid. Selang beberapa saat datanglah sang GM dengan membawa 3 anak muda ganteng serta macho, bisa saja di bawah 25 th.. Ketiganya memanglah terlihat saat atletis serta tampan, namun satu telah out karna sangat pendek, sedang dua yang lain dapatnyai tinggi paling tidak serupa denganku, sebagai problem bagiku yaitu pilih salah satunya. 


Selalu jelas agak nervous juga saya, karna belum pula sempat saya membayar untuk masalah seks. Sesudah berfikir sesaat pada akhirnya saya menyuruh mereka bertiga untuk telanjang dihadapan kami, sebentar mereka curiga, namun pada akhirnya ingin juga sesudah kupancing dengan buka pakaian atasku sampai kelihatan bra merahku. Dari pandangan matanya saya tahu kalau mereka tertarik denganku, bahkan juga tanpa ada dibayar juga saya percaya mereka ingin melaksanakannya. Kupikir cuma orang hilang ingatan saja yg tidak tertarik dengan postur badanku yang putih seperti Cina, tinggi semampai, sexy, serta muka cantik, sekurang-kurangnya tersebut yang seringkali disebutkan lelaki. 


“Oke, yg tidak dipilih, kalian bisa memegang buah dadaku ini sebelumnya pergi asal ingin telanjang di depanku saat ini. ” kataku menggoda, dengan begitu saya bisa menyaksikan kejantanan mereka pas tegang, tersebut sebagai pertimbanganku. Serempak mereka melepas bajunya dengan berbarengan, telanjang di depanku. Akhirnya cukup mengagetkanku, nyata-nyatanya selain mempunyai badan yang atletis, nyata-nyatanya mereka miliki alat kejantanan yang menarik, saya di buat takjub karena itu. Rata-rata panjang kejantanan mereka nyaris sama, namun besar diameter serta bentuk kejantanan itu yang berlainan, apabila tidak ‘malu’ dengan Hendra bisa saja kupilih keduanya segera. 


Pandanganku tertuju pada yang di ujung, alat kejantanannya yang besar, saya memikirkan bisa saja mulutku tak kan cukup untuk mengulumnya, sampai pada akhirnya kuputuskan untuk pilih dia. Namanya Rio, mahasiswa semester akhir di perguruan tinggi swasta di Jakarta. “Rio tinggal disini, yang lain bisa saja lain waktu. ” kataku akhiri masa penentuan. 


Sesudah pilihan di ambil, jadi dua yang lain selekasnya memakai pakaian serta hampiri saya yang masih tetap tidak berbaju. Awal mula si pendek mendekatiku serta memelukku, tingginya cuma setelingaku. Diciumnya leherku serta tangannya meremas lembut buah dadaku, lantas berwajah dibenamkan ke dadaku, diusap-usap sesaat sembari tetaplah meremas-remas nikmati kenyalnya buah dadaku, lantas dia pergi. Berikutnya segera meremas-remas buah dadaku, jari tangannya menyelusup dibalik bra, mempermainkan sesaat sembari mencium pipiku. “Mbak miliki buah dada serta puting yang bagus. ” bisiknya, lalu dia pergi, sampai tinggal kami bertiga di kamar, saya, Rio serta Hendra yang dari barusan cuma mencermati, tiada komentar dari dia apabila sepakat atas pilihanku. 


“Rio, rekanin saya mandi ya, agar fresh..! ” kataku, sejujurnya agak curiga juga bagaimana untuk mengawalinya. “Ayo Tante, entar Rio mandiin. ” jawabnya. “Emang saya telah Tante-Tante..? ” jawabku ketus, “Panggil saya Lily. ” lanjutku sembari menuju kamar mandi, meninggalkan Hendra sendirian. 


Sesampai di kamar mandi, Rio segera mencium tengkukku, membuatku merinding. Dipeluknya saya dari belakang sembari ciumannya berlanjut ke belakang telingaku sampai leher. Ke-2 tangannya mulai meraba-raba buah dadaku yang masih tetap terbungkus bra merahku. “Rio, anda nakal..! ” desahku sembari tanganku meraba ke belakang mencari pegangan diantara ke-2 kaki Rio yang masih tetap telanjang. “Abis Mbak menggoda selalu sich, ” bisiknya disela-sela ciumannya di telinga. 


Tangannya di turunkan ke celana jeans-ku, tanpa ada hentikan ciumannya, dia buka celana jeans-ku, sampai saat ini saya tingal bikini merahku. Ciumannya telah tiba di pundak, dengan gigitan lembut di turunkan tali bra-ku sampai turun ke lengan, demikian juga yang satunya, kelihatannya dia telah terlatih untuk menelanjangi wanita dengan erotis serta perlahan-lahan, jadi tambah perlahan-lahan jadi tambah menggoda. Perlahan-lahan namun tentu saya dibuatnya semakin terbakar birahi. 


Rio mendudukkan badanku di meja toilet kamar mandi, dia berlutut di depanku, di cium serta dijilatinya betis sampai paha. Perlahan-lahan dia menarik turun celana dalam merah sampai terputus dari tempatnya, jilatan Rio benar-benar beda dari yang sempat kualami, saat sensual, tak tahu gunakan cara apa sampai saya di buat kelojotan. Kepalanya telah membenam diantara ke-2 pahaku, namun saya belum pula rasakan sentuhan pada daerah kewanitaanku, cuma kurasakan jilatan di sekitaran selangkangan serta daerah anus, saya di buat jadi tambah kelojotan. 


Sepintas kulihat Hendra berdiri di pintu kamar mandi menyaksikan bagaimana Rio menservisku, namun tidak kuperhatikan seterusnya karna jilatan Rio jadi tambah ganas di daerah kewanitaanku, sampai kurasakan jilatan di bibir vaginaku. Lidahnya merasa menari-nari di pintu kesenangan itu, kupegang kepalanya serta kubenamkan lebih dalam ke vaginaku, tak tahu dia bisa bernapas atau tidak saya tidak peduli, saya menginginkan memperoleh kesenangan yang lebih. Jilatan lidah Rio telah capai vaginaku, permainan lidahnya memanglah tidak ada duanya, sekarang ini the best dibanding yang lain, bahkan juga dibanding dengan suamiku yang senantiasa kubanggakan permainan sex-nya. 


Rio berdiri dihadapanku, kejantanannya yang besar serta tegang cuma berjarak sebagian cm. dari vaginaku. Sejujurnya saya telah siap, namun lagi-lagi dia tak mau lakukan dengan segera, kembali dia mencium mulutku serta untuk terakhir kalinya kurasakan permainan lidahnya di mulutku merasa meledakkan birahiku, sesaat jari tangannya telah bermain di liang kenikmatanku mengambil alih pekerjaan lidahnya. Saya tak mau membebaskan ciumannya, betul-betul kunikmati pas itu, seperti anak SMU yang baru pertama kalinya berciuman, namun kesempatan ini tambah lebih menggairahkan. 


Ciuman Rio beralih ke leherku, selalu turun menyusuri dada sampai belahan dadaku. Dengan sekali sentil di kaitan belakang, terlepaslah bra merah dari badanku, membuatku telanjang di depannya. Saya siap terima permainan lidah Rio di buah dadaku, terlebih kunantikan permainan di putingku yang telah mengencang. Serta saya tidaklah perlu menanti sangat lama karenanya, kembali kurasakan permainan lidah Rio di putingku, serta kembali juga kurasakan sensasi-sensasi baru dari permainan lidah. Saya betul-betul di buat terbakar, napasku telah tidak karuan, gabungan pada permainan lidah di puting serta permainan jari di vaginaku terlalu berlebih bagiku, saya tidak bisa menahan lebih lama sekali lagi, menginginkan meledak berasa. 


“Rio, pleassee, saat ini ya..! ” pintaku sembari mendorong badan atletisnya. “Pake kondom Mbak..? ” tanyanya sembari mengusap-usapkan kepala kejantanannya di bibir vaginaku yang telah basah, sah, sah, sah. Saya tidak paham mesti menjawab apa, umumnya saya tidak sempat gunakan kondom, namun karna kesempatan ini saya bercinta dengan seseorang gigolo, saya mesti waspada, walau dengan yang lain belum pula pasti tambah baik. Kalau andaikan dia segera memasukkan kejantannya ke vaginaku, saya tak kan keberatan, namun dengan pertanyaan ini saya jadi bingung. Kulihat ke arah Hendra yang dari barusan mencermati, namun tidak kudapat jawaban dari dia. 


Tidak ada saat sekali lagi, fikirku. Jadi tanpa ada menjawab, kutarik badannya serta dia paham isyaratku. Perlahan-lahan didorongnya kejantanannya yang sebesar pisang Ambon itu masuk ke liang kenikmatanku, vaginaku merasa melar. Semakin dalam batang kejantanannya masuk kurasakan seakan semakin jadi membesar, vaginaku merasa penuh disaat Rio melesakkan semua nya kedalam. “Aagh.. yess.. ennak Sayang..! ” bisikku sembari melihat ke muka Rio yang ganteng serta macho, expresinya dingin, namun saya tahu dia saat menikmatinya. “Pelan ya Sayang..! ” pintaku sembari mencengkeramkan otot vaginaku pada kejantanannya. Kulihat wajaah Rio menegang, tangan kanannya meremas buah dadaku tengah tangan kirinya meremas pantatku sembari menahan pergerakan badanku.





Kurasakan kejantanan Rio pelan-pelan ditarik keluar, dan dimasukkan lagi saat setengah batangnya keluar, begitu seterusnya, makin lama makin cepat.“Oohh.. yaa.., truss..! Yes.., I love it..!” desahku, menerima kocokan kejantanan Rio di vaginaku.Rio dengan irama yang teratur memompa vaginaku, sambil mempermainkan lidahnya di leher dan bibirku. Aku tak bisa lagi mengontrol gerakanku, desahanku semakin berisik terdengar. Rio mengangkat kaki kananku dan ditumpangkan di pundaknya, kurasakan penetrasinya semakin dalam di vaginaku, menyentuh relung vagina yang paling dalam. Kocokan Rio semakin cepat dan keras, diselingi goyangan pantat menambah sensasi yang kurasakan.


“Sshhit.., fuck me like a dog..!” desahanku sudah ngaco, keringat sudah membasahi tubuhku, begitu juga dengan Rio, menambah pesona sexy pada tubuhnya.Aku hampir mencapai puncak kenikmatan ketika Rio menghentikan kocokannya, dan memintaku untuk berdiri, tentu saja aku sedikit kecewa, tapi aku percaya kalau dia akan memberikan yang terbaik.“Mau dilanjutin di sini atau pindah ke ranjang..?” tanyanya terus menjilati putingku.


Tanpa menjawab aku langsung membelakanginya dan kubungkukkan badanku, rupanya dia sudah tahu mauku, langsung mengarahkan kejantanannya ke vaginaku. Kuangkat kaki kananku dan dia menahan dengan tangannya, sehingga kejantanannya dapat masuk dengan mudah. Dengan sedikit bimbingan, melesaklah batang kejantanan itu ke vaginaku, dan Rio langsung menyodok dengan keras, terasa sampai menyentuh dinding dalam batas terakhir vaginaku, terdongak aku dibuatnya karena kaget.“Aauugghh.., yes.., teruss.., yaa..!” teriakku larut dalam kenikmatan.


Sodokan demi sodokan kunikmati, Rio menurunkan kakiku, dan kurentangkan lebar sambil tanganku tertumpu pada meja toilet, tangan Rio memegang pinggulku dan menariknya saat dia menyodok ke arahku, begitu seterusnya. Rasanya sudah tidak tahan lagi, ketika tangan Rio meremas buah dadaku dan mempermainkan putingku dengan jari tangannya, sensasinya terlalu berlebihan, apalagi keberadaan Hendra yang dengan setia menyaksikan pertunjukan kami sambil memegang kejantanannya sendiri.


“Rio a.. ak.. aku.. sud.. sudah.. nggak ta.. ta.. han..!” desahku, ternyata Rio langsung menghentikan gerakannya.“Jangan dulu Sayang, kamu belum merasakan yang lebih hebat.” katanya, tapi terlambat, aku sudah mencapai puncak kenikmatan terlebih dahulu.“Aaughh.., yess.., yess..!” teriakku mengiringi orgasme yang kualami, denyutan di vaginaku terasa terganjal begitu besar.Rio hanya mendesah sesaat sambil tangannya tetap meremas buah dadaku yang ikut menegang.


“Ayo Rio, keluarin sekarang, jangan goda aku lagi..!” pintaku memelas karena lemas.Rio mengambil handuk dan ditaruhnya di lantai, lalu dia memintaku berlutut, rupanya Rio menginginkan doggie style, kuturuti permintaannya. Sekarang posisiku merangkak di lantai dengan lututku beralaskan tumpukan handuk, menghadap ke pintu ke arah Hendra.


Rio mendatangiku dari belakang, mengatur posisinya untuk memudahkan penetrasi ke vaginaku. Setelah menyapukan kejantanannya yang masih menegang, dengan sekali dorong masuklah semua kejantanan itu ke vaginaku. Meskipun sudah berulang kali terkocok oleh kejantanannya, tidak urung terkaget juga aku dibuatnya. Rio langsung memacu kocokannya dengan cepat seperti piston mobil dengan silindernya pada putaran di atas 3000 rpm, kenikmatan langsung menyelimuti tubuhku.


Rio menarik rambutku ke belakang sehingga aku terdongak tepat mengarah ke Hendra. Berpegangan pada rambutku Rio mempermainkan kocokannya, sesekali pantatnya digoyang ke kiri dan ke kanan, atau turun naik, sehingga vaginaku seperti diaduk-aduk kejantanannya. Dia sungguh pandai menyenangkan hati wanita karena permainannya yang penuh variasi dan diluar dugaan.


Tiba-tiba kudengar teriakan dari Hendra, tepat ketika aku mendongak ke arah dia, menyemprotlah sperma dia dari tempatnya dan tepat mengenai wajah dan rambutku. Ternyata sambil menikmati permainan kami, dia mengocok sendiri kejantanannya alias self service. Rio mengangkat badannya tanpa melepas kejantanannya dariku, kini posisi dia menungging, sehingga kejantanannya makin menancap di vaginaku tanpa menurunkan tempo permainannya. Aku sudah tidak tahan diperlakukan demikian, dan untuk kedua kalinya aku mengalami orgasme hebat dalam waktu yang relatif singkat, sementara Rio masih tetap tegar menantang.


“Masih kuat untuk melanjutkan Mbak..?” tantang dia.Kalau seandainya dia tidak bertanya seperti itu aku pasti minta waktu istirahat dulu, tapi dengan pertanyaan itu, aku merasa tertantang untuk adu kuat, dan tantangan itu tidak dapat kutolak begitu saja. Sebagai jawaban, kukeluarkan kejantanannya dari tubuhku, kuminta dia rebah di lantai kamar mandi beralas handuk, aku juga ingin ngerjain dia, pikirku.


Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi, begitu dia telentang, kukangkangkan kakiku di wajahnya hingga dia dapat merasakan cairan orgasme yang meleleh dari vaginaku. Rasain, pikirku. Tapi aku salah, ternyata dia malah dengan senang hati menghisap vaginaku hingga terasa kering dan kembali mempermainkan lidah mautnya di vaginaku.


Agak kesulitan juga aku ber-hula hop karena terasa kejantanannya yang besar mengganjal di dalam dan mengganggu gerakanku. Semakin kupaksakan semakin nikmat rasanya dan semakin cepat gerakan bergoyangku kenikmatan itu semakin bertambah, maka hula hop-ku semakin cepat dan tambah tidak beraturan. Kuamati wajah Rio yang ganteng bersimbah peluh dan terlihat menegang dalam kenikmatan, tangannya meremas-remas buah dadaku dengan liarnya sambil mempermainkan putingku.


Hampir saja aku orgasme lagi kalau tidak segera kuhentikan gerakanku, tapi ternyata Rio tidak mau berhenti. Ketika aku menghentikan gerakanku, ternyata justru dia menggoyang tubuhku sambil menggerak-gerakkan pinggulnya sehingga vaginaku tetap terkocok dari bawah, dan kembali orgasmeku tidak terbendung lagi untuk kesekian kalinya.


Rio tetap saja mengocok, meski dia tahu aku sedang di puncak kenikmatan birahi. Kali ini aku benar-benar lemes mes mes, tapi Rio tidak juga mengentikan gerakannya. Kutelungkupkan tubuhku di atas tubuhnya, sehingga kami saling berpelukan. Dinginnya AC tidak mampu mengusir panasnya permainan kami, peluh kami sudah menyatu dalam kenikmatan nafsu birahi. Rio memelukku dan mencium mulutku sambil kembali mempermainkan lidahnya, kejantanannya masih keras bercokol di vaginaku, terasa panas sudah, atau mungkin lecet.


Tidak lama kemudian nafsuku bangkit lagi, kuatur posisi kakiku hingga aku dapat menaik-turunkan tubuhku supaya kejantanan Rio bisa sliding lagi. Meskipun kakiku terasa lemas, kupaksakan untuk men-sliding kejantanan Rio yang sepertinya makin lama makin mengeras. Melihatku sudah kecapean, Rio memintaku untuk masuk ke bathtub dan kuturuti keinginannya supaya aku kembali ke posisi doggie. Sebelum memasukkan kejantanannya, Rio membuka kran air hingga keluarlah air dingin dari shower di atas, kemudian dengan mudahnya dia melesakkan kejantanannya ke vaginaku untuk kesekian kalinya.


Bercinta di bawah guyuran air shower membuat tubuhku segar kembali, sepertinya dia dapat membaca kemauan lawan mainnya, kali ini kocokannya bervariasi antara cepat keras dan pelan. Tidak mau kalah, setelah terasa staminaku agak pulih, kuimbangi gerakan sodokan Rio dengan menggoyang-goyangkan pantatku ke kiri dan ke kanan atau maju mundur melawan gerakan tubuh Rio. Dan benar saja, tidak lama kemudian kurasakan cengkeraman tangan Rio di pantatku mengencang, kurasakan kejantanan Rio terasa membesar dan diikuti semprotan dan denyutan yang begitu kuat dari kejantanan Rio.


Vaginaku terasa dihantam kuat oleh gelombang air bah, denyutan dan semprotan itu begitu kuat hingga aku terbawa melambung mencapai puncak kenikmatan yang ke sekian kalinya. Kami orgasme secara bersamaan akhirnya, tubuhku langsung terkulai di bathtub. Kucuran air kurasakan begitu sejuk menerpa tubuhku yang masih berpeluh. Rio mengambil sabun dan menyabuni punggungku serta seluruh tubuhku. Dengan gentle dia memperlakukan aku seperti layaknya seorang lady hingga aku selesai mandi.


Dengan hanya berbalut handuk aku keluar kamar mandi menuju ranjang untuk beristirahat. Kulihat Hendra sudah mengenakan piyama dan duduk di sofa memperhatikanku keluar dari kamar mandi. Expresi di wajah Hendra tidak dapat kutebak, tapi tiada terlihat sinar kemarahan atau cemburu melihat bagaimana aku bercinta dengan Rio di kamar mandi selama lebih dari satu jam. Aku langsung merebahkan tubuhku di ranjang yang hangat, mataku sudah terlalu berat untuk terbuka, masih kudengar sayup-sayup pembicaraan Hendra sebelum aku terlelap dalam tidurku.


“Kamu hebat Rio, belum pernah ada yang membuat dia orgasme terlebih dahulu, bahkan setelah bermain dengan dua orang.” kata Hendra ketika Rio keluar dari kamar mandi.“Ah biasa saja Om.” jawab Rio kalem merendah.“Emang dia sering melayani 2 orang sekaligus..?” lanjut Rio.“Ah bukan urusanmu anak muda, oke Rio, tugas kamu sudah selesai, uang kamu ada di sebelah TV dan kamu boleh pergi.” kata Hendra.


“Om, boleh saya usul..?”“Silakan..!”“Kalau saya boleh tinggal dan menemani lebih lama bahkan sampai pagi, biarlah nggak usah ada tambahan bayar overtime, aku jamin dia pasti lebih dari puas.” usul Rio.“Cilaka..,” pikirku.Aku tidak tahu apa yang dikatakan Hendra karena sudah terlelap dalam tidur indah.


Entah sudah berapa lama tertidur ketika kurasakan sesuati menggelitik vaginaku. Sambil membuka mata yang masih berat, kulihat kepala sudah terbenam di selangkanganku yang telah tebuka lebar. Ah, Rio mulai lagi, pikirku. Ketika aku menoleh ke sofa mencari Hendra, kulihat dia telanjang duduk di samping Rio yang juga telanjang sambil tersenyum ke arahku. Jadi siapa yang bermain di vaginaku saat ini, terkaget aku dibuatnya. Langsung duduk kutarik rambutnya dan ternyata si Andre, teman Rio yang kusuruh pulang bersama si pendek tadi.


Sebenarnya dia tidak terpilih bukan karena aku tidak tertarik, tapi aku harus memutuskan satu di antara dua yang baik.“What the hell going on here..?” pikirku, tapi tidak sempat terucap karena permainan lidahnya sungguh menggetarkan naluri kewanitaanku.Kubiarkan Andre bermain di selangkanganku dan kunikmati permainan lidahnya, meskipun tidak sepintar Rio, tapi masih membuatku menggelinjang-gelinjang kenikmatan.


“Ugh.., shh..!” aku mulai mendesis.Kubenamkan kepala Andre lebih dalam untuk mendapatkan kenikmatan lebih jauh. Andre menjilatiku dengan hebatnya hingga beberapa saat sampai kulihat Rio berdiri dari tempatnya dan menghampiri Andre. Diangkatnya kakiku hingga terpentang dan Rio mengganjal pantatku dengan bantal hingga posisi vaginaku sekarang menantang ke atas.


Rio mengganti posisi Andre, menjilati vaginaku dengan mahirnya, kemudian mereka berganti posisi lagi. Cukup lama juga Rio dan Andre menjilati vaginaku secara simultan. Sensasinya sungguh luar biasa hingga aku larut dalam kenikmatan. Jilatan Andre sudah berpindah ke daerah anusku, ketika Rio menjilati pahaku terus naik dan berhenti untuk bermain di daerah vaginaku.“Aahh.., gilaa.., aagh.., shit.. yess..!” aku terkaget, karena baru kali ini aku dijilati oleh dua laki-laki di daerah kewanitaanku.Bayangkan dua lidah dengan satu di anus dan satunya di vagina. Keduanya begitu expert dalam permainan lidah. Aku tidak tahu bagaimana menggambarkan dengan kata-kata, sensasi ini terlalu berlebihan bagiku, bahkan terbayang pun tidak pernah.


Dengan penuh gairah mereka bermain di kedua lubangku, aku tidak tahu harus berkata apa selain mendesah dan menjerit dalam kenikmatan birahi. Aku mencari pegangan sebagai pelampiasan rasa histeriaku, tapi tidak kudapatkan hingga akhirnya kuremas-remas sendiri buah dadaku yang ikut menegang. Tidak tahan menahan sensasi yang berlebihan, akhirnya aku mencapai orgasme duluan. Orgasme tercepat selama hidupku, tidak sampai penetrasi dan tidak lebih dari 15 menit, suatu rekor yang tidak perlu dibanggakan.


Mulut Rio tidak pernah beranjak dari vaginaku, disedotnya vaginaku seperti layaknya vacum cleaner.“Shit.. Rio.. stop.. stoop..! Please..!” pintaku menahan malu.Lidah Rio naik menelusuri perutku dan berhenti di antara kedua bukit di dadaku, lalu mendaki hingga mencapai putingku. Dikulumnya lalu sambil meremas buah dadaku dia mulai mengulum dan mempermainkan putingnya dengan lidah mautnya.


Belum sempat kurasakan mautnya permainan lidah Rio, aku merasakan Andre telah menyapukan kejantanannya di bibir vaginaku sebentar dan langsung kejantanan Andre tanpa basa basi langsung melesak masuk ke vaginaku. Kurasakan ada perbedaan rasa dengan Rio karena bentuknya memang berbeda. Punya Rio besar dan melengkung ke kiri bawah, agak unik, sedangkan Andre kecil panjang melengkung lurus ke atas, jadi disini kurasakan dua rasa.


Gila, kalau tadi siang kurasakan punya Rio yang banyak menggesek bagian kananku, sekarang kurasakan bagian atas vagina menerima sensasi yang hebat, karena kejantanan Andre mempunyai kepala yang besar, menyodok-nyodok dinding vaginaku. Kedua kakiku dipentangkan dengan lebar oleh Andre, Rio bertambah gairan bergerilya menjelajahi kedua bukit dan menikmati kenyalnya bukit dan putingku yang makin menegang. Tangannya tidak henti meremas dan mengelus kedua bukit di dadaku, sesekali wajahnya dibenamkan di antara kedua bukitku seperti orang gemas.


Andre makin kencang mengocok vaginaku sambil menjilati jari-jari kakiku. Aku menggelinjang makin tidak karuan diperlakukan kedua anak muda ini. Kocokan dan remasan tanganku di kejantanan Rio makin keras mengimbangi permainan mereka.“Uugghh.. sshh.. kalian.. me.., me..mang gilaa..!” teriakku.Permainan mereka semakin ganas mengerjaiku.


Kutarik tubuh Rio ke atas, kini Rio sudah berlutut di samping kepalaku, kejantanannya yang tegang tepat ke arah wajahku. Segera kulahap kejantanannya, sekarang aku mau mengulumnya karena kejantanan itu terakhir kali masuk di vaginaku, tidak seperti saat pertama tadi, entah dengan siapa sebelum aku. Seperti dugaanku, mulutku ternyata tidak dapat mengulum masuk semua batang kejantanannya, terlalu besar untuk mulut mungilku.


Rio sekarang mengangkangiku, kepalaku di antara kedua kakinya, sementara kejantanannya kembali tertanam di mulutku. Dikocok-kocoknya mulutku dengan penis besarnya seolah berusaha menanamkan semuanya ke dalam, tapi tetap tidak bisa, it’s too big to my nice mouth, very hard blowjob. Kurasakan kenikmatan yang memuncak, dan kembali aku mengalami orgasme beberapa saat kemudian.“Mmgghh.. mmgh.. uugh..!” teriakku tertahan karena terhalang kejantanan Rio, masih untung tidak tergigit saat aku orgasme.


Tanpa memberiku istirahat, mereka membalikkan tubuhku, kini aku tertumpu pada lutut dan tanganku, doggy style. Andre tetap bertugas di belakang sementara Rio duduk berselonjor di hadapanku. Seperti sebelumnya, Andre langsung tancap gas mengocokku dengan cepat, kurasakan kejantanannya makin dalam melesak ke dalam vaginaku, pinggangku dipegangnya dan gerakkan berlawanan dengan arah kocokannya, sehingga makin masuk ke dalam di vaginaku. Antara sakit dan nikmat sudah sulit dibedakan, dan aku tidak sempat berpikir lebih lama ketika Rio menyodorkan kejantanannya di mulutku kembali.


Kedua lubang tubuhku kini terisi dan kurasakan sensasi yang luar biasa. Dengan terus mengocok, Andre mengelus-elus punggungku, kemudian tangannya menjelajah ke dadaku, dielus dan diremasnya dengan keras keduanya sesekali mempermainkan putingku, kegelian dan kenikmatan bercampur menjadi satu. Tidak ketinggalan Rio memegang rambutku, didorongnya supaya kejantanannya dapat masuk lebih dalam di mulutku.“Emmhh.., mhh..!” desahku sudah tidak keluar lagi, terlalu sibuk dengan kejantanan Rio di mulutku.


Kugoyang-goyangkan badanku, pantatku bergerak berlawanan gerakan Andre dan kepalaku turun naik dengan cepat mengocok Rio.Tidak lama kemudian, “Shit.., aku mau keluar..!” teriak Rio sambil menarik kepalaku ke atas, tapi aku tidak perduli, malah kupercepat kocokan mulutku hingga menyemprotlah sperma Rio dengan deras ke mulutku, semprotannya cukup kencang hingga langsung masuk ke tenggorokanku.Tanpa ragu lagi kutelan sperma yang ada di mulutku, Rio mengusap sisa sperma di bibir yang tidak tertampung di mulutku.


Kulihat senyum puas di wajah Rio, lalu dia bergeser ke samping, ternyata Hendra sudah berada di samping ranjang, dia kemudian mengganti posisi Rio berselonjor di hadapanku. Tanpa menunggu lebih lama lagi langsung kukulum kejantanan dia yang basah, kurasakan aroma sperma, sepertinya dia habis berejakulasi melihat permainan kami bertiga. Karena ukuran kejantanan Hendra tidak sebesar punya Rio, maka dengan mudah aku melahap semua hingga habis sampai ke pangkal batangnya, dan segera mengocok keluar masuk.


Andre mendorong tubuhku hingga telungkup di ranjang, entah bagaimana posisi dia dengan tubuhku telungkup, dia tetap mengocok vaginaku dengan ganasnya. Hendra hanya dapat mengelus rambutku dan mempermainkan buah dadaku dari bawah. Tidak lama kemudian Andre mencabut kejantanannya, dan langsung berbaring di sebelahku. Aku mengerti maksudnya, sebenarnya harusnya aku yang mengatur dia bukan sebaliknya, tapi toh kuturuti juga.


Kutinggalkan Hendra dan aku menaiki tubuh Andre, kejantanannya masih menegang ke atas, kuatur tubuhku hingga vaginaku pas dengan kejantanannya yang sudah menunggu, lalu kuturunkan pantatku dan bles. Langsung saja aku bergoyang salsa di atasnya. Kini aku pegang kendali, pantatku kuputar-putar sehingga vaginaku terasa diaduk-aduk olehnya. Andre memegangi kedua buah dadaku dan meremasnya. Hendra berdiri di atas ranjang dan menghampiriku, dia menyodorkan kembali kejantanannya, kubalas dengan jilatan dan kuluman.


Ternyata Rio yang sudah recovery tidak mau ketinggalan, dia berdiri di sisi lainnya dan menyodorkan kejantanannya ke arahku. Kini tanganku memegang dua penis yang berbeda, baik dari ukuran, bentuk dan kekerasannya, belum lagi yang tertanam di vaginaku, aku sedang menikmati tiga macam penis sekarang. Kupermainkan Rio dan Hendra secara bergantian di mulutku antara kuluman dan kocokan tangan. Pantatku tidak pernah berhenti bergoyang di atas Andre, sungguh suatu sensasi dan kenikmatan yang sangat berlebihan dan rasanya tidak semua orang dapat menikmatinya.


Beruntungkah aku..? Entahlah, yang jelas sekarang aku sedang melambung dalam lautan kenikmatan birahi tertinggi. Entah sudah berapa banyak cairan vaginaku terkuras keluar. Andre belum juga memperlihatkan tanda-tanda akan orgasme. Aku mengganti gerakanku, kini turun naik sliding di atasnya, kulepas tangan kiriku dari penis Rio dan kuelus kantong pelir Andre untuk menambah rangsangan padanya. Ternyata Andre melawan gerakanku dengan menaik-turunkan pantatnya berlawanan denganku sehingga kejantanannya makin menancap dalam, tangannya tidak pernah melepas remasannya dari buah dadaku.


Rio bergerak ke belakangku, dielusnya punggungku dan elusannya berhenti di lubang anusku. Dengan ludahnya dia mengolesi lubang itu dan mencoba memasukkan jarinya ke dalam, sesaat terlintas di benakku bahwa dia mau anal, berarti double penetration. Aku belum siap untuk itu, tidak seorang pun kecuali suamiku yang mendapatkan anal dariku. Kuangkat tangannya dari anusku, pertanda penolakan dan dia mengerti. Rio berlutut di belakangku, didekapnya tubuhku dari belakang dan tangannya ikut meremas-remas buah dadaku. Sambil menciumi tengkuk dan telingaku, kejantanannya menempel hangat di pantatku, kini dua pasang tangan di kedua buah dadaku.


Karena didekap dari belakang aku tidak dapat bergerak dengan leluasa, akibatnya Andre lebih bebas mengocok vaginaku dari bawah. Aku sudah tidak dapat mengontrol tubuhku lagi, entah sudah berapa kali aku mengalami orgasme, padahal masih dengan Andre. Ada dua lagi penis menunggu giliran menikmati vaginaku, Rio dan Hendra, suamiku.


Tidak lama setelah mengocokku dari bawah, kurasakan badan Andre yang menegang kemudian disusul denyutan keras di vaginaku. Begitu keras dan deras semprotan spermanya hingga aku tersentak kaget menerima sensasi itu hingga aku menyusul orgasme sesaat setelahnya. Begitu nikmat dan nikmat, untung aku sempat mengeluarkan kejantanan Hendra dari mulutku sesaat setelah kurasakan semburan Andre, kalau tidak hampir pasti dia akan tergigit saat aku mengikuti orgasme. Tubuhku langsung melemas, aku langsung terkulai di atas tubuh Andre. Rio sudah melepas dekapannya dan Hendra duduk di samping Andre, sepertinya mereka menunggu giliran.


Napasku sudah ngos-ngosan, aku dapat merasakan degup jantung Andre yang masih kencang, keringat kami sudah bercampur menjadi satu. Kejantanan Andre masih tertanam di vaginaku meskipun sudah melemas hingga akhirnya keluar dengan sendirinya. Rio menawariku lippovitan, penambah energi. Setelah aku berbaring di samping Andre, berarti dia sudah bersiap untuk bertempur denganku, segera kuhabiskan minuman itu, kesegaran memasuki di tubuhku tidak lama kemudian.


“Gila kamu Ndre, ternyata tak kalah dengan Rio.” komentarku.“Ah biasa Mbak, kita udah biasa kerjasama kok.” jawabnya.“Makanya kompak kan Mbak, dan Mbak termasuk hebat bisa melayani kami sendiri-sendiri dalam satu hari, dan barusan adalah satu jam 17 menit.” Rio menimpali.“Biasanya kami langsung main bertiga, dan itu tidak lebih lama daripada sendiri-sendiri, paling lama setengah jam sudah KO.” kembali Andre menambahi.


Aku ke kamar mandi supaya badan segar, kuguyurkan air hangat di sekujur tubuhku, kusiram rambutku yang tidak karuan bercampur bau sperma. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 10.30 malam ketika aku keluar dari kamar mandi. Kulihat mereka duduk di sofa, Rio dan Andre di sofa panjang sementara Hendra di sofa satunya, masih bertelanjang. Ketika aku datang hanya berbalut handuk, ranjang sudah dirapikan, entah apa rencana mereka, pikirku. Persetan yang penting aku dapat menikmati dan kuikuti permainannya.


Rupanya aku terlalu lama dan asyik mandi hingga tidak tahu kalau makanan datang dan sudah tersaji di meja. Aku merasa lapar, maklum habis selesai dengan Rio disambung sama Andre dan aku belum makan sejak tadi siang. Aku duduk di antara Rio dan Andre, yang kemudian disambut tarikan handuk pembalut tubuhku oleh Rio hingga terlepas. Keduanya langsung mencium pipiku kiri kanan dan kusambut remasan di kejantanan mereka yang agak menegang.


“Makan dulu yuk..!” ajakku langsung ke meja.Kami berempat bertelanjang makan bersama sambil bercerita pengalaman mereka. Aku tidak berani makan terlalu banyak, takut kalau terlalu banyak bergoyang jadi sakit perut, yang penting tidak lapar dan dapat menambah energi nanti, sepertinya mereka melakukan hal yang sama.


Setelah istirahat selesai makan, kembali aku duduk di antara dua anak muda itu. Kali ini mereka langsung mencium leherku di kiri dan kanan sambil meremas-remas dadaku masing-masing satu. Hendra berdiri ke arah kami, dia meminta Rio berpindah tempat, dan dia langsung melakukan hal yang sama, menciumi leherku dan terus turun ke dada, sekarang Andre dan Hendra mengulum putingku di kiri dan kanan.


Rio tidak mau jadi penonton, dia langsung bejongkok di antara kakiku, melebarkannya dan lidahnya mulai menjelajah di vaginaku. Mungkin dia masih mencium aroma sperma Andre karena memang tidak kubersihkan, tapi dia tidak perduli, jilatan demi jilatan menjelajah di vaginaku, dipermainkannya vaginaku dengan lidah dan jari tangannya. Kenikmatan mulai kurasakan, foreplay dengan 3 orang sekaligus, akan mempercepat perjalanan menuju puncak kenikmatan birahi.


Dengan kemahiran permainan lidah Rio, aku sudah terbakar birahi, kepalanya kujepit dengan kedua kakiku supaya lebih merapat di selangkanganku. Aku tidak mau kejadian tadi terulang lagi, layu sebelum birahi.“Sshh.., Rio masukin Sayang.., sekarang..!” pintaku di sela kuluman Andre dan Hendra di dadaku.


Tanpa menunggu kedua kalinya, Rio segera bangkit dan menyapukan kepala kejantanannya ke vaginaku, ternyata Andre mengikuti Rio, dia stand by di sampingnya sambil mementangkan kakiku lebar. Tidak seperti sebelumnya, kali ini Rio langsung mengocokku cepat dan keras, aku langsung menggeliat kaget, tapi segera mulutku dibungkam dengan ciuman bibir oleh Hendra. Andre sambil memegangi kakiku, dia menjilati kedua jari kakiku secara bergantian. Aku ingin menjerit dalam kenikmatan tapi tidak dapat karena lidah Hendra masih menikmati bibirku.


Kocokan Rio bertambah cepat, iramanya susah ditebak karena terlalu banyak improvisasi, aku kewalahan mengikuti iramanya, disamping memang dia expert mempermainkan iramanya, dilain sisi aku juga sibuk menghadapi dua orang lainnya. Hendra minta aku mengulum kejantanannya, maka kusingkirkan Rio dari vaginaku, aku langsung jongkok di depan dia yang duduk di sofa, langsung mengulum penisnya yang sudah tegang.


Rio tidak mau menunggu lebih lama, dengan doggy style dia mulai memasuki vaginaku. Sodokan awal perlahan, tapi selanjutnya makin keras dan cepat. Andre, aku tidak tahu dimana posisi dia, tapi yang kutahu dia stand by di samping Rio. Kugoyang-goyangkan pantatku mengikuti irama Rio, makin lama makin terasa nikmatnya, cukup lama dia mengocokku dengan berbagai variasi gerakan hingga ketika puncak kenikmatan hampir kurengkuh, tiba tiba dia mencabut kejantanannya. Aku mau protes, tapi ketika kutengok ke belakang ternyata Andre sudah bersiap menggantikan posisi Rio, dan sekali dorong tanpa menunggu reaksiku amblaslah kejantanannya ke vaginaku.


Sekali lagi kurasakan perbedaan sensasi dari keduanya. Entahlah aku tidak dapat menentukan mana yang lebih nikmat. Andre langsung menggoyang sambil mengocokku dengan iramanya sendiri. Saat Andre sedang memacuku dengan cepat, tiba-tiba Hendra menyemprotkan spermanya di mulutku, terkaget juga aku, karena terkonsentrasi pada kocokan Andre hingga kurang memperhatikan ke Hendra. Kujilati sisa sperma di kejantanan dia yang tidak terlalu banyak.


Ternyata Rio sudah mengganti posisi Andre, kemudian mereka berganti lagi begitu seterusnya entah sudah berapa kali berganti menggilirku hingga aku sudah tidak dapat membedakan lagi apakah yang mengocok vaginaku Andre atau Rio, keduanya sama-sama nikmat. Mereka tidak memperdulikan sudah berapa kali puncak birahi sudah kurengkuh. Selama aku belum bilang stop, mereka akan terus memacuku ke puncak kenikmatan.


Entah sudah berapa lama dengan doggy style, lututku terasa capek. Aku merangkak naik ke sofa yang ditinggal Hendra, tetap dengan posisi doggy sofa mereka tidak memberiku kesempatan bernapas. Melayani satu Andre atau Rio saja aku sudah kewalahan, apalagi menghadapi mereka berdua secara bersamaan, dan mereka begitu kompak melayani birahiku. Berulang kali mereka mencoba memasukkan kejantanannya ke lubang anus, tapi selalu kutolak dan kutuntun kejantanannya kembali ke vaginaku.


Kunikmati sodokan demi sodokan dari belakang entah dari Rio atau Andre hingga tiba-tiba kurasakan perbedaan yang drastis, begitu kecil dan rasanya seperti hanya masuk separoh saja kocokannya. Aku menoleh kebelakang, ternyata Hendra ikut bergiliran dengan mereka. Ternyata mereka melakukan permainan. Ketika Hendra sedang mengocokku, Rio dan Andre mengundi siapa berikutnya, begitu juga ketika Rio menyodokku, Hendra dan Andre mengundi berikutnya, begitu seterusnya. Aku berharap supaya Hendra tidak pernah menang.


Waktu giliran ternyata ditentukan tidak lebih dari 3 menit untuk orang berikutnya, yang orgasme duluan harus merelakan diri jadi penonton. Entah sudah berapa lama berlangsung, lututku sudah lemas, tapi serangan dari belakang tidak menurun juga, aku heran juga ternyata Hendra dapat sedikit mengimbangi permainan Rio dan Andre. Dan benar dugaanku, tidak lama kemudian ketika si penis kecil sedang mengocokku, kurasakan denyutan-denyutan di dinding vaginaku dan kudengar teriakan Hendra pertanda dia orgasme. Kemudian kembali vaginaku berganti penghuni secara bergantian.


Mereka melakukannya dengan kompak, banyak lagi variasi yang dilakukan mereka kepadaku, baik di ranjang, di meja makan, sambil berdiri menghadap dinding, mereka lebih suka melakukan secara simultan. Ketika aku hampir menghentikan permainan, mereka memberi tanda supaya aku berjongkok di antara mereka dan dengan sedikit bantuan kuluman dan kocokan pada kejantanan mereka secara bergantian, akhirnya menyemprotlah sperma mereka secara hampir bersamaan. Semua memuncrat ke wajah, sebagaian masuk mulut hingga ke tubuhku. Aku sangat menikmati ketika semprotan demi semprotan menerpa wajah dan tubuhku, terasa begitu erotic.


Kami semua rebah di ranjang, jarum jam menunjukkan 01,30 dini hari, berarti sekitar dua jam bercinta dengan tiga orang sekaligus, sungguh permainan yang indah dan jauh memuaskan. Satu persatu tertidur kelelahan masih dalam keadaan telanjang.


Tidak lama mataku terpejam ketika kurasakan ciuman di mulutku, Andre yang sudah menindihku berbisik, “Boleh nggak aku minta lagi.” bisiknya pelan di telingaku.Tanpa menjawab, kubuka kakiku dan dengan mudahnya dia memasukkan kejantanannya ke dalam. Dengan goyangan perlahan seperti menikmati, ternyata tidak lama dia sudah orgasme, ternyata bisa juga dia orgasme dengan cepat, mungkin 15 menit. Kemudian kami kembali tertidur.Tidak lama kemudian kejadian tadi terulang lagi, kali ini dengan Rio. Dengan cepat pula dia menuntaskan hasratnya. Ketika kami semua terbangun pukul 10 pagi, rasanya aku belum lama tidur, Kulihat Hendra sudah memakai pakaian, sementara Rio dan Andre masih telanjang berbincang dengan Hendra.


“Pagi Sayang, bagaimana mimpi indahmu..?” tanyanya.“Terlalu indah untuk sebuah mimpi.” jawabku yang langsung ke kamar mandi untuk berendam menghilangkan lelah.Tidak lama kemudian ketika sedang asyik berendam, muncullah Rio dan Andre di pintu kamar mandi yang memang tidak kukunci.


“Mau ditemenin mandi Mbak..?” tanya Andre.“Pasti asyik kalau mandi bertiga.” sambung Rio.Dan akhirnya sudah dapat diduga, kembali kami melakukan permainan sex bertiga, tapi kali ini dilakukan di kamar mandi, ternyata sensasinya berbeda dari tadi malam. Banyak juga aku belajar variasi baru. Bertiga di kamar mandi, baik itu di bathtub, shower ataupun di meja westafel kamar mandi, sungguh pengalaman yang luar biasa. Cukup lama juga kami bercinta di kamar mandi hingga akhirnya Hendra mengingatkan kami waktu check out.


Pukul 12 siang kami sudah bersiap untuk check out. Ketika Rio dan Andre sedang berpakaian, ternyata Hendra memintaku sekali lagi untuk ‘quicky’. Dengan membuka pakaian seperlunya, kami kembali bercinta disaksikan kedua gigolo itu. Namanya saja quicky, maka tidak sampai sepuluh menit dia sudah menyemprotkan spermanya di vaginaku, dan segera memasukkan kembali kejantanannya di balik celananya dan tanpa membersihkan lebih lanjut. Aku menngenakan kembali celanaku yang merosot tadi, dan kami check out hotel secara bersama-sama, tidak lupa setelah menukar nomer HP masing-masing dengan kenangan yang indah.


Sejak saat itu aku sering meminta Rio ataupun Andre atau mereka berdua untuk menemaniku kalau aku lagi perlu penyegaran. Soal ‘bisnis’ dengan mereka sepertinya sudah tidak menjadi point utama lagi.

Payudaraku Kamu tentu lelah, sini Mbak pijitin

Payudaraku Kamu tentu lelah, sini Mbak pijitin Waktu menikah saya tidak paham bila nyatanya suamiku masihlah berstatus suami sah orang-orang, tetapi terakhir kuketahui nasi telah jadi bubur. Saya ibarat wanita tidak punya nilai di hadapan suamiku, karna saya sekedar wanita simpanan dimatanya. hidupku hampa serta tidak bermakna. Saya cuma pingin sedikit sharing. Jadi begini selanjutnya dia juga menyadari bila telah miliki anak isteri, tetapi apalah berarti saya yang lemah serta bodoh ini andaikan mesti bersikeras untuk menuntutnya. Biarpun saya tahu juga akan sangatlah menyakiti isteri sahnya, andaikan ia menyadari. Suamiku yaitu seseorang perwira yang memiliki kedudukan utama di satu buah provinsi (tidak kusebut tempatnya). 

Payudaraku Kamu tentu lelah, sini Mbak pijitin




Usianya telah menggapai 55 th. serta saya sendiri baru menggapai 27 th.. Fasilitas yang didapatkan serta ketakutanku lah yang membuatku sangatlah tidak berdaya untuk menentang keberadaanku. Saya dibelikan satu buah villa yang sangatlah elegan yang terdapat tidak saat jauh dari kota tempat suamiku bertugas. Semuanya sarana yang didapatkan kepadaku sangat elegan bagiku, saya memperoleh satu buah mobil pribadi, telepon genggam serta piranti entertainment dirumah. Tetapi ini semuanya nyatanya masihlah kurang, saya pingin miliki momongan, saya pingin disayangi serta dikasihi. Sebenarnya saya cuma tempat persinggahan saja. Terakhir kudengar kalau suamiku juga miliki WIL beda terkecuali saya, terlebih terkadang ia juga jajan bila tengah keluar kota, berita ini kudapatkan dari isteri ajudannya sembari wanti-wanti supaya saya tutup mulut. Saya sendiri memanglah telah kenal dekat dengan keluarga ajudan suamiku, akan tetapi hingga sekarang ini rahasia ini masihlah tersimpan cukup rapi. Bagaimanapun juga saya jengkel serta sedih dengan keadaan begini, hingga muncul niatku untuk berperilaku sama. 


Disuatu hari suamiku melakukan tindakan teledor dengan menitipkan anak bungsunya kepadaku, beliau memperkenalkanku jadi ipar ajudannya. Anak itu menyebutku Mbak maklum dia masihlah SMP serta usinya juga masihlah 14 th.. Berwajah, perilakunya persis bapaknya, nilai kesopanannya agak kurang apabila di banding dengan anak-anak di kampungku. Maklumlah ia yaitu anak petinggi tinggi. Jam 21. 00 bapaknya telepon, memohon Alex (sebut saja nama anak itu saat) untuk tidur dirumah karna ayah ada masalah. Saya jadi berprasangka buruk tentu dia ada kencan dengan orang-orang. Alex juga belum juga tidur, ia sekali lagi asik nonton tv di ruangan keluarga. Pada akhirnya muncul tekad burukku untuk memperdaya Alex, tetapi bagaimana langkahnya? saya ditempatkan pada jalan buntu. Pada akhirnya spontan kumasukkan VCD-VCD porno kedalam player buat saya sajikan pada Alex. Saya hidupkan oven sepanjang 3 menit yang kebetulan berisi yaitu daging yang telah masak mulai sejak siang barusan. Segera saja kurayu dia untuk memakannya hingga kami juga memakan daging panggang serta sambal kecap bersama. Sembari basa-basi kutanyakan sekolahnya, nampaknya kekuatannya di sekolah biasa-biasa saja, dapat di buktikan dengan kekurang antusiasannnya bicara perihal sekolah. Ia lebih senang bicara perihal video game serta balap motor. 


Kupegang tengkuknya serta kupijit sembari kukatakan, “Kamu tentu lelah, sini Mbak pijitin…” Dia juga diam saja, maklum dia yaitu anak yang manja. Kuraih remote control serta kutekan play untuk CD yang pertama, film-filmnya yaitu type vivid dengan judul sex yang cukup halus. Nampaknya Alex sangatlah menyenanginya, ah pucuk di cinta ulam juga tiba. Sembari kupijit sekujur badannya, kuamati roman mukanya. Kukatakan tidak perlu malu, karenanya cuma film saja (tidak sungguhan). Muka Alex tegang, tiap-tiap ada adegan orang berpelukan (sekedar berpelukan) saya suruh dia kemampuanng untuk pijatan sisi depan. Sembari kemampuanng Alex terus menyimak film yang nampaknya mulai disenanginya itu. Saat ini acara di film mulai ke adegan yang cukup panas, seseorang wanita melepas bajunya hingga tinggal gunakan celana serta BH dalam saja. Alex jadi tambah tegang serta agak kupercepat tanganku menghadap ke pangkal pahanya. Pura-pura kupijit pahanya dengan menyentuh kemaluannya, dia terperanjat waktu kemaluannya yang tegang kesentuh tanganku. Pucat pasi mukanya, tetapi kunetralisir dengan menyebutkan “Tenang Alex, kebanyakan orang sama, yaitu hal yang sangatlah lumrah apabila seorang terangsang. Karna kebanyakan orang memiliki nafsu. ” “Malu Mbak”, jawab Alex. Bila orang banyak malu, namun Alex kan sendirian sekedar sama Mbak. Mbak tidak malu kok. Dengan berkata sekian kubuka bajuku hingga saya cuma gunakan BH saja. Akupun heran juga mengagumi akan, anak seumur dia juga dapat tegang serta terlihat tidak berdaya, jauh dari sikap sesehari yang agak arogan. Tetapi saya mulai menyenanginya tanpa ada memikir yang jauh ke depan mengingat bapaknya sendiri juga melakukan hal sama pada saya. Film selalu berputar-putar, badan Alex merasa hangat tambah saya cemas bila dia sakit, dia terlihat pucat tak tahu takut apa bagaimana, saya tidak paham. 


Alex cuma melirik buah dadaku tanpa ada berani memandang segera, dia terus menyimak film dengan cermat. Waktu kupegang sekali lagi kemaluannya dia cuma diam saja, tidak kusia-siakan peluang ini kuremas kemaluan yang mempunyai ukuran agak kecil itu. Akupun telah tidak menyimak film sekali lagi, kubuka celana Alex serta kuperhatikan kemaluannya. Tampak bersih serta mulai ditumbuhi bulu-bulu halus, saya jadi tambah bernafsu memandangnya. Segera kuterkam dengan mulutku serta kumulai menjilatnya, Alex cuma terdiam sembari terkadang pinggulnya bergerak menikmatinya. Kuhisap kemaluannya serta dia juga teriak Uh.. Mbak.. kubiarkan anak kecil itu menggelinjang, kubimbing tangannya ke payudaraku. Ah, dia tambah meremas kuat sekali. Kumaklumi dia sangatlah lugu dalam hal tersebut, saya tidak menyesal tambah menyenanginya. Saya hisap selalu, dia juga jadi tambah bergerak tidak karuan sembari teriak-teriak ah, uh, ah, uh. Kemudian dia teriak keras sembari badannya gemetar disusul oleh cairan hangat dari kemaluannya. Saya telan cairan asin serta pekat ini tanpa ada rasa jijik sedikit juga, serta dia juga diam lemas terkulai. Kupeluk dia, serta kubisikkan kalimat, “Enakkan”, sembari saya tersenyum, dia balas pelukanku serta cuma bicara “Mbak.. ” Saya bimbing dia ke kamar mandi serta kumandikan dengan air hangat, burung kecilku masihlah tidur serta saya percaya kelak juga akan bangun sekali lagi. 


Kemudian kami juga tidur dengan didepan tv diatas karpet, dia terlihat kelelahan serta tidur nyenyak. Saya juga suka biarpun tidaklah sampai coitus. Saat subuh saya bangun, serta kulihat dengan cermat badan Alex yang tengah tidur telanjang. Nafsuku bangkit sekali lagi serta kucoba membangunkan burung kecil itu, nyatanya berhasil serta kuulangi sekali lagi perbuatan barusan malam dengan bertambahnya Alex tingkatkan jenis permainan. Nampaknya Alex mulai ikuti naruninya jadi makhluk bernafsu, ia bisa saja mengikuti adegan film barusan malam. BH-ku di buka serta dijilati, saya juga rasakan kesenangan dari anak bau kencur, kubayangkan anak serta bapaknya mengerjaiku seperti saat ini, ah tidak bisa saja. Saya tuntun tangan Alex ke kemaluanku yang mulai sejak barusan malam belum juga tersentuh sekalipun. Kubimbing tangannya menggesek-gesek kemaluannya serta ia juga mengerti kemauanku. Beberapa gerakan Alex serta servicenya kepadaku masihlah sangatlah kaku, bisa saja butuh sekian kali saya melatihnya. Mendadak ia menarik paksa celana dalamku serta BH-ku juga dilucuti. Kubiarkan dia berkreasi sendiri, terlihat berwajah masihlah tegang namun tidak setegang barusan malam serta ia juga mulai tidak sopan kepadaku, ah biarkanlah. Saya didorong sampai kemampuanng, serta ia juga segera menindihku. Dicobanya memasukkan burung kecil itu kedalam kemaluanku, tetapi berulang-kali ia gagal. Ia juga jadi tambah penasaran, ah suami kecilku ini harus banyak belajar dariku. 


Kubimbing kemaluannya masuk kemaluanku serta ia juga menggesek-gesekkannya. Merasa nafsuku merasuk ke sekujur badanku, saat ini penantianku barusan malam nyaris terwujud serta ah sangat nikmat, suami kecilku dapat memuaskanku kesempatan ini. Secara cepat saya bangun serta kuhampiri burung kecil yang masihlah menantang itu, kuhisap dalam-dalam, dia juga mengerang kesenangan serta tiada henti kuhisap sampai tubuhnya bergetar serta lagi-lagi air liur burung kecil yang hangat itu jadi sisi dari dagingku. Hari telah jelas, serta selekasnya kami mandi air hangat bersama. Saya berasa suka serta Alex cuma diam saja, tak tahu apa yang dipikirkan. Menyesalkah? saya tidak bertanya. Sebenarnya cerita ini masihlah berjalan, saat ini Alex telah SMA serta masih dalam bimbinganku. 




Pagi harinya bapaknya Alex (yang juga suamiku) datang dan dengan tanpa menaruh curiga sedikitpun. Ini adalah pengalaman pertamaku dengan burung muda.

Selingkuh Pertama Kali Yessica semakin menggeliat keenakan

  Selingkuh Pertama Kali Yessica semakin menggeliat keenakan  diemut-emut dan ditariknya puting  Keesokan harinya saya mengajaknya berjalan-jalan nikmati kota Jakarta dan pernah berteman dengan Ratna serta cowoknya yang kebetulan berjumpa saat sekali lagi shopping di TA. Royal juga saudaraku yang satu ini, belanjaannya banyak serta seluruhnya bermerk, saya saja hingga geleng-geleng kepala memandangnya. Malamnya sepulang dari undangan yang diselenggarakan di satu restoran elegan di ibukota, saya segera menjatuhkan diri ke kasur sesudah melepas gaun pestaku serta tersisa celana dalam pink saja. Saya rebahan bugil di ranjang merenggangkan otot-ototku sembari menanti Yessica yang tengah menggunakan kamar mandi, dia barusan minum alkohol agak banyak, peluang dia muntah-muntah didalam sana kali fikirku. ”Yes, sekalian ambilin kaos gua di gantungan pakaian didalam dong, ” pintaku saat dia keluar limabelas menit lalu, matanya terlihat sayu karna dampak alkohol serta kelelahan. 


Selingkuh Pertama Kali Yessica semakin menggeliat keenakan


Dia berikan kaos itu padaku lantas memohonku menunjang melepas kait belakang gaun malamnya. Sesudah menggunakan kaos, saya buka kait serta turunkan resleting gaunnya. Yessica juga memeloroti gaunnya hingga nampaklah dadanya yang montok, ukurannya tidak lain jauh dengan milikku, hanya putingnya lebih kecil sedikit dari punyaku. Cuma dengan bercelana dalam G-string dia berjongkok dimuka kopornya mencari baju tidur. 


“Kenapa Ci? Kok ngeliatin gua selalu, jangan-jangan lu..? ” tuturnya nyengir karna terasa kulihat selalu badannya sembari membanding-bandingkan dengan badanku. “Yee.. Tidak lah yaw!! Basic negative thinking saja lo ah! ” ujarku sembari tertawa. 


Malam itu, sembari berbaring kami ngobrol-ngobrol, percakapan kami cukup seru dari kendala fashion, kuliah, cinta serta seks hingga bukannya tertidur, kami jadi larut dalam percakapan serta canda-tawa. Terlebih sekali lagi saat masuk tajuk sex serta saya bercerita dengan gamblang kehidupan seksku yang liar, dia terkagum-kagum juga akan keliaranku serta nampaknya dia juga terangsang. 


Tetapi saat gilirannya menceritakan, keadaan jadi serius, disini dia bercerita dianya tengah ribut besar dengan pacarnya yang selingkuh dengan cewek beda, saya dengan penuh perhatian mendengarnya sharing padaku. Terlihat matanya berkaca-kaca serta setetes air mata menetes dari matanya yang sipit, dia memeluk bantal lantas menangis tersedu-sedu dibaliknya. Sebagai wanita yang keduanya sama sempat dikhianati pria, saya juga mengetahui perasaannya, jadi kurangkul dia serta kuelus-elus punggungnya untuk menenangkannya. Saya berupaya keras menghiburnya biar tidaklah terlalu larut dalam rasa sedih serta berikan air putih kepadanya. 


Sebagian pas lalu tangisnya mulai mereda, dengan masih tetap sesegukan dia menyebut namaku. 


“Hh-mm.. Apa? ”“Ci, barusan lu katakan lu sempat buat film bokep pribadi kan ya“Mm.. Iya, so what? ” jawabku sembari mengangguk. “Boleh gua simak tidak, hitung-hitung pembasmi stress.. Bisa ya? ”“Ehh.. Eh.. Bagaimana ya? Saat ini? ” saya bingung karna risih juga seandainya film pribadiku dipandang orang yang lain. 


Pada akhirnya karna didesak selalu serta mengingat keduanya sama cewek ini, akupun menyerah. Kunyalakan computer di seberang ranjangku serta ambil VCD-nya yang kusimpan di almari. Yessica yaitu orang pertama diluar geng-ku yang sempat saksikan vcd ini. Gambar di monitor computer menunjukkan diriku tengah dikerjai banyak tukang bangunan, dan adegan sex massal di mana Verna juga terakhir ambillah sisi didalamnya bikin jantung kami berdebar-debar. Yessica nyengir-nyengir saat melihatku yang semula berontak pada akhirnya takluk serta nikmati diperkosa oleh empat kuli bangunan itu. 


“Hi… hi… hi… Malu-malu pengen nih yee! ” godanya yang kutanggapi dengan mencubit pahanya. 


Saya rasakan vaginaku becek sesudah saksikan film yang kubintangi sendiri itu, kurasa hal yang sama dengan di alami oleh Yessica karna saat nonton barusan dia seringkali menggesek-gesekkan pahanya. 


“Ci, gua juga pengen dong buat bokep pribadi kaya lu” pintanya yang membuatku kaget. “Ngaco lu, janganlah yang nggak-nggak ah, kelak gua disebut ngerusak anak orang sekali lagi, nambah-nambah dosa gua saja! ” saya menampiknya. “Aahh.. Ayolah Ci, lagian gua juga telah tidak perawan ini, telah basah jadi tanggung sekalian saja mandi”“Jangan Yes, gua tidak enak ke lu”“Ayolah, gua hanya pengen ngebales saja kok, Napoleon juga membalas berselingkuh saat tahu istrinya selingkuh, itu baru adil, ya kan” tuturnya sok histori. “Ya.. illah.. Napoleon saja hingga dibawa-bawa, jikalau gua pengen, bikinnya sama siapa, cowoknya mana? ”“Di villa saja Ci, penjaga villa lu masih tetap kerja disana kan? Sekali-kali gua pengen cobalah bagaimana rasa-rasanya tongkol kampung nih, please” 


Karna didesak selalu serta dia sendiri yang minta, jadi akupun sangat terpaksa menyepakatinya, lagian saya sendiri telah lama tidak bertandang kesana, tentu Pak Joko serta Taryo puas terlebih saya kesana membawa ‘barang baru’. 


Kami tidur lebih kurang jam duabelas serta bangun jam delapan pagi. Sesudah sarapan, kami mengemasi barang bawaan, lantas pamit pada mamaku memberitahu kalau kami juga akan ke villa. Saya menggunakan pakaian untuk keadaan santai berbentuk halter neck merah yang menunjukkan punggungku dipadukan dengan celana pendek jeans yang ketat. Yessica menggunakan gaun terusan mini yang menggantung sejengkal diatas lutut, rambutnya yang panjang diikat ke belakang dengan jepit rambut Tare Panda. Kami pergi dari Jakarta lebih kurang jam sepuluh serta tiba di arah jam satu lebih, dikarenakan berlibur yang mengakibatkan jalan agak macet. 


“Sudah siap lu Yes? Kalau pengen beralih fikiran belum juga telat saat ini, namun seandainya mereka telah ngerjain lu, gua tidak dapat apa-apa lagi” tanyaku saat telah pengen dekat. “I’m ready for it, lagian gua juga pengen tahu rasa-rasanya diperkosa itu kaya apa” tuturnya percaya. 


Kamipun hingga ke villaku, Pak Joko buka pintu garasi sebagian pas sesudah kubunyikan klakson. 


“Waduh Neng, telah lama kok tidak kesini.. Bapak kangen nih! ” sapanya menyongsong kami. “Iya Pak.. habis Citra repot banget sich di Jakarta, seandainya libur baru dapat main, ” kataku, “O.. Iya Pak, kenalin itu sepupu Citra, namanya Yessica” 


Pak Joko terkagum-kagum melihat Yessica yang barusan turun dari mobil, Yessica juga mengangguk serta tersenyum kepadanya. Kusuruh Yessica menempatkan dahulu tasnya di kamar sesaat kami keluarkan barang, sesudah dia masuk, Pak Joko bicara dengan nada perlahan padaku. 


“Eh.. Neng, Neng Yessica itu bisa dient*t apa tidak, habis nge-gemesin banget sich, ayunya itu loh”“Idih, Bapak jorok ah.. Dateng-dateng segera mikirnya gitu”“Duh, maaf-maaf Neng seandainya tidak bisa, Bapak khilaf Neng”“Nggak kok Pak, Bapak tidak salah, malah dia yang ngajak kesini minta digituin, jadi minta disyuting sekali lagi Pak, Bapak pengen kan disyuting, tenang saja Pak bikin koleksi pribadi kok” 


Pria 1/2 baya itu tunjukkan ekspresi puas mendengar jawabanku, dia segera bergegas pengen menjumpai Yessica untuk segera mulai. Namun cepat-cepat kutahan dengan menarik lengannya. 


“Eh.. Sabar-sabar Pak sebentar dulu dong, kita mesti mencari keadaan dahulu agar lebih hot, lagian kita lapar nih pengen makan siang dahulu, Bapak sekalian turut makan saja yah” kataku sembari menyerahkan sekotak ayam goreng KFC serta menyuruhnya mempersiapkan nasi. “O iya Pak, si Taryo ada tidak? Mau manggil dia juga nih” tanyaku pada Pak Joko yang tengah beres-beres. “Wah kurang tahu tuch Neng, telepon saja dulu” 


Saya juga lantas menelepon vila samping, baru kujawab teleponnya sesudah berapakali disana katakan ‘halo.. Halo.. Siapa ini? ’ untuk mengetahui suaranya. Sesudah percaya itu nada Taryo saya lantas mengundangnya kesini serta menyampaikan maksudku. Pasti dia puas sekali ditawari sesuai sama itu, namun dia hanya dapat temani hari ini saja karna dia katakan besok siang majikannya pengen datang liburan. Ketika kututup telepon, dibelakangku Yessica barusan turun dari tangga lantai atas. 


“Ngapain saja lu, lama sangat beresin barang, yuk makan dahulu, lapar nih! ” kataku. “Duh sori barusan sakit perut, kepaksa setor dahulu ke WC deh”





Aku memberi usul bagaimana kalau kita makan di taman belakang dekat kolam renang saja, mumpung cuaca juga bagus, juga kusuruh Pak Joko menggelar tikar seperti piknik. Ketika lagi beres-beres bel berbunyi, itu pasti Taryo pikirku. Aku menyuruh Pak Joko meneruskan beres-beres sementara aku ke depan membukakan pintu.


Taryo, si penjaga villa tetangga, muncul di depan pintu dan langsung memelukku begitu pintu kututup. Kami berpelukan dengan bibir saling berpagutan, tangannya mengelusi punggungku turun hingga berhenti di pantat, di sana dia remas bokongku yang montok. Serasa sepasang kekasih yang sudah lama tidak bertemu dan saling melepas rindu saja deh, what.. Taryo jadi kekasihku? Nggak lah yaw.. Just as sex partner!


“Mmhh.. Jangan sekarang ah, mau makan dulu, yuk sekalian gua kenalin sama sepupu gua!” aku melepaskan pelukannya sebelum dia bertindak lebih jauh lagi mau memelorotkan celanaku.“Ehehehe.. habis kangen banget sama neng sih, apalagi neng tambah cantik kalau rambutnya kaya sekarang” katanya sambil mengomentari rambutku yang sudah lebih panjang dari yang dulu (kini sudah menyentuh bahu) dan kembali kuhitamkan.


Aku memberikan piring dan sendok garpu padanya dan mengajaknya ke taman. Disana Pak Joko dan Yessica juga baru menyendok nasi dan fried chicken ke piringnya. Kami mulai makan dalam suasana santai, obrolan nakal mereka meramaikan suasana, malah sekali aku hampir tersedak karena tertawa. Taryo menenangkan dengan menepuk-nepuk punggungku dan dadaku, ujung-ujungnya tetap meremas payudaraku.


“Apa sih pegang-pegang malah tambah kesedak tahu!” omelku sambil menepis tangannya.


Pelan-pelan Yessica mulai terbiasa dengan suasana seperti ini, dengan keudikan kedua orang ini, bahkan dia pun mulai berani jawab waktu ditanya aneh-aneh oleh mereka.


“Tuh, pahanya satu lagi, habisin aja Pak!” tawarku.“Paha? Mana paha?” celoteh si Taryo pura-pura bego sementara tangannya meraih pahaku.


Langsung kutampik lagi tangannya dan disambut gelak-tawa. Setelah semua selesai makan limabelas menit kemudian kusuruh Pak Joko dan Taryo membersihkan perangkat makan dan mencucinya dahulu sekalian menunggu makanan di perut turun.


“Dah nggak risih lagi kan, habis ini kita action nih, siap nggak?” tanyaku pada Yessica.“Siapa takut, lagian gua seneng bisa ngebales si brengsek itu, biar dia tahu cewek juga bisa selingkuh, apalagi gua selingkuhnya sama orang yang nggak pernah dia duga” tegasnya.“Tuh mereka sudah beres Yes, showtime” kataku melihat kedua penjaga villa itu keluar, “Pak Joko, tolong handycamnya masih di meja dalam”


Pak Joko pun masuk lagi dan keluar membawa handycamnya. Kami duduk melingkar di tikar, aku memberi instruksi bak seorang sutradara. Kuperingatkan pada kedua pria itu agar tidak menyentuhku dulu selama aku mensyuting, agar hasilnya maksimal, tidak goyang seperti hasil syuting Verna.


Setelah semua siap, keduanya merapatkan duduk mereka pada Yessica, terlihat dia agak nervous dibuatnya.


“Santai aja Yes, ntar juga enjoy kok” saranku.


Kamera kunyalakan, tanpa disuruh lagi keduanya sudah mulai duluan. Pak Joko meletakkan tangannya di paha Yessica yang duduk bersimpuh, tangan itu merabai pahanya secara perlahan dan menyingkap roknya. Taryo di sebelah kanan meremas payudaranya, sepertinya agak keras karena Yessica meringis dan mendesah lebih panjang. Sementara lidahnya menjilati leher jenjang Yessica, ke atas terus menggelikitik kupingnya dan menyapu wajahnya yang mulus.


Tangan Pak Joko sudah masuk ke dalam rok Yessica yang tersingkap, diremasinya kemaluannya yang masih tertutup celana dalam putih tipis yang memperlihatkan bulu kemaluannya. Pria kurus itu juga membuka resleting celananya hingga penisnya yang sudah tegak menyembul keluar, lalu tangan Yessica digenggamkan padanya dan disuruh mengocoknya. Bibir mungilnya dipagut oleh Taryo, mereka berciuman dengan hot, lidah mereka keluar saling jilat dan belit. Sambil berciuman Taryo menurunkan resleting punggung Yessica lalu memeloroti bajunya lewat bahu, juga disuruhnya Pak Joko memeloroti yang sebelah kiri, setelahnya bra-nya mereka lucuti pula. Kini payudara montok saudaraku yang cantik ini terekspos sudah.


Pak Joko langsung mencaplok susu kirinya dengan liar dan ganas, pipinya sampai kempot menyedot benda itu, aku mendekatkan handycam untuk lebih fokus ke momen itu.


“Gimana Pak? Manis nggak susunya?” tanyaku sambil mensyuting.“Mantap neng, ini baru pas susunya!” dia melepas sebentar emutannya untuk berkomentar lalu kembali menyusu dan mengorek-ngorek kemaluannya, tangan lainnya mengelusi punggung Yessica.


Taryo masih terus menciuminya, lidahnya terus menyapu rongga mulutnya, begitu pula Yessica juga dengan liar beradu lidah dengannya. Jempol Taryo menggesek-gesek putingnya diselingi pencetan dan pelintiran. Yessica sendiri makin intens mengocoki penis Pak Joko sehingga penjaga villaku ini terpaksa menghentikannya karena tidak mau buru-buru keluar. Kini dia suruh sepupuku merunduk (sehingga posisinya setengah berbaring ke samping) dan mengoral penisnya. Dengan bernafsu, Yessica melayani penis Pak Joko dengan mulut dan lidahnya, mula-mula dia jilati buah pelir dan batangannya dengan pola naik-turun, sampai di kepalanya sengaja dia gelitik dengan lidahnya dan dikulum sejenak. Pemiliknya sampai mengerang-ngerang keenakan sambil meremasi payudaranya yang menggantung.


Taryo menarik gaun itu ke bawah hingga lepas, menyusul celana dalamnya. Setelah menelanjangi Yessica, dia melepaskan bajunya sendiri. Diobok-oboknya vagina Yessica dengan jari-jarinya, liang itu pun semakin becek akibat perbuatannya, cairannya nampak meleleh keluar dan membasahi jarinya.


“Enngghh.. Uuuhh.. Uhh!” desah Yessica disela-sela aktivitas menyepongnya.


Kemudian Pak Joko rebahan di tikar dan dia suruh Yessica naik ke wajahnya, rupanya dia mau menjilati vaginanya. Gantian sekarang Taryo yang dikaraoke, penisnya yang hitam berurat dan lebih besar dari Pak Joko dikocok-kocok oleh Yessica yang sedang mengemut pelirnya. Dia menyentil-nyetilkan lidahnya pada lubang kencingnya sehingga Taryo mengerang nikmat.


“Ayo dong Neng, masukin aja, jangan cuma bikin geli gitu” kata Taryo sambil menekan penis itu masuk ke mulutnya, lalu wajahnya pun dia tekan dalam-dalam saking tidak sabarnya sehingga mata Yessica membelakak karena sesak. Dia meronta ingin melepaskan benda itu dari mulutnya, tapi tangan Taryo yang kokoh menahan kepalanya.


“Sudah dong Tar, jangan sadis gitu ah, bisa mati tercekik dia, tongkol lu kan gede” bujukku agar Taryo memberinya sedikit kelegaan.“Non Yessicanya seneng kok Neng, tuh buktinya!” tangkis Taryo memperlihatkan Yessica yang kini malah memaju-mundurkan kepalanya mengoral penisnya, tapi kepalanya tetap dipegangi sehingga tidak bisa lepas.


Kamera kudekatkan ke wajah Yessica yang tengah asyik mengulum penis Taryo, mulutnya penuh terisi oleh batang besar itu sehingga hanya terdengar desahan tertahan. Kemudian kuarahkan ke bawah mengambil adegan Pak Joko sedang melumat vaginanya, dia menjulurkan lidahnya menyapu bibir vaginanya. Tangan kanannya mengelus-elus pantat dan pahanya yang mulus, tangan kirinya dijulurkan ke atas memijati payudaranya.


Ekspresi keenakan Yessica terlihat dari gerak pinggulnya yang meliuk-liuk. Lidah Pak Joko menjilat lebih dalam lagi, dipakainya dua jari untuk membuka bibir vaginanya dan disapunya daerah itu dengan lidahnya. Kemaluannya jadi tambah basah baik oleh ludah maupun cairan vaginanya sendiri. Walaupun terangsang berat aku masih tetap mensyuting mereka sambil sesekali meremas payudaraku sendiri, kemaluanku juga sudah mulai lembab.


“Emmh.. Emmhh.. Angghh!” Yessica mendesah tertahan dengan mata merem-melek, tangannya meremasi rambut Pak Joko di bawahnya.


Cairan bening meleleh membasahi vaginanya dan mulut Pak Joko. Pak Joko makin mendekatkan wajahnya ke selangkangannya dan menyedot vaginanya selama kurang lebih lima menit, selama itu tubuh Yessica menggelinjang hebat dan sepongannya terhadap penis Taryo makin bersemangat. Puas menikmati vagina, Pak Joko menarik keluar kepalanya dari kolong Yessica. Dia mengambil posisi duduk dan menaikkan Yessica ke pangkuannya. Tangannya yang satu membuka lebar bibir vaginanya sedangkan yang lain membimbing penisnya memasuki liang itu.


Taryo cukup mengerti keadaannya dengan membiarkan Yessica melepas penisnya yang sedang dioral untuk mengatur posisi dulu. Yessica menurunkan tubuhnya menduduki penis Pak Joko hingga penis itu melesak ke dalamnya diiringi erangan panjang. Pak Joko juga melenguh nikmat akibat jepitan vagina Yessica yang kencang itu. Aku mendekatkan kamera ke selangkangan mereka agar bisa meng-close-up adegan itu. Yessica mulai naik-turun di pangkuannya, payudaranya diremasi dari belakang oleh Pak Joko.


Kembali Taryo memasukkan penisnya ke mulut Yessica yang langsung disambut dengan jilatan dan kuluman. Kurang dari lima belas menit, Taryo sudah mengerang tak karuan sambil menekan kepala Yessica.


“Hhmmpphh.. Oohh.. Keluar Neng!” demikian erangnya panjang.


Pipi Yessica sampai kempot mengisapi sperma Taryo, namun hebatnya belum nampak setetespun cairan itu meleleh keluar dari mulutnya, padahal di saat yang sama Pak Joko juga sedang menggenjotnya dari bawah. Hingga erangan Taryo berangsur-angsur mereda, dia pun mulai melepas penis itu dan menjilati sisa-sisa sperma di batangnya. Penis Taryo kelihatan sedikit menyusut setelah menumpahkan isinya.


“Wuihh.. Gile bener sepongan Neng Yessica nggak kalah dari Neng Citra” komentarnya.


Kamera kudekatkan ke wajah Yessica yang sedang menjilati sisa-sisa sperma di penis Taryo dengan rakus. Sambil men-charge penisnya, Taryo bermain-main dengan payudara Yessica, kedua bongkahan kenyal itu dia caplok dengan telapak tangannya dan dihisapi bergantian. Kulit payudara yang putih itu sudah memerah akibat cupangan Taryo. Suara erangan sahut-menyahut memanaskan suasana.


Yessica terus menaik-turunkan tubuhnya dengan bersemangat, semakin lama makin cepat dan mulutnya menceracau tak karuan.


“Oohh.. Aauuhh.. Aahh!” lolongnya dengan kepala mendongak ke langit bersamaan dengan tubuhnya yang mengejang, didekapnya kepala Taryo erat-erat sehingga wajahnya terbenam di belahan payudaranya. Momen indah ini terabadikan melalui handycamku dan terus terang aku sendiri sudah terangsang berat dan ingin segera bergabung, tapi sepertinya belum saatnya, nampaknya mereka berdua sedang getol-getolnya menggarap Yessica sebagai barang baru daripada aku yang sudah sering mereka kerjai.


Yessica ambruk di atas tubuh Pak Joko dengan penis masih tertancap. Pak Joko mendekapnya dan mencumbunya mesra, lidah mereka berpaut dan saling menghisap. Kini Taryo yang senjatanya sudah di reload meminta gilirannya. Pak Joko pun menurunkan Yessica dari tubuhnya dan ke dalam mengambil minum. Kedua pergelangan kaki Yessica dipegangi Taryo lalu dia bentangkan pahanya lebar-lebar. Setelah menaikkan kedua betisnya ke bahu, Taryo menyentuhkan kepala penisnya ke bibir vaginanya.


Walaupun vagina itu sudah basah, tapi karena penis Taryo termasuk besar, lebih besar dari Pak Joko, Yessica meringis dan mengerang kesakitan saat liang senggamanya yang masih rapat diterobos benda hitam itu, tubuhnya tegang sambil meremasi tikar di bawahnya, mungkin dia belum terbiasa dengan penis seperti itu. Taryo sendiri juga mengerang nikmat akibat himpitan dinding vaginanya


“Uuuhh.. Uhh.. Sempit banget sih, asoy!” erangnya ketika melakukan penetrasi.


Aku sebagai juru kamera sudah terlalu menghayati sampai tak sadar kalau tangan kiriku menyelinap lewat bawah bajuku dan memijiti payudaraku sendiri, kuputar-putar putingku yang sudah mengeras dari tadi. Taryo mulai menggerakkan penisnya perlahan yang direspon Yessica dengan rintihannya. Pak Joko kembali dari dalam, dia bersimpuh di samping mereka lalu meletakkan tangan Yessica pada penisnya. Dia menikmati penisnya dipijat Yessica sambil meremas payudaranya.


Taryo menaikkan tempo permainannya, disodoknya Yessica sesekali digoyangnya ke kiri dan kanan untuk variasi, tak ketinggalan tangannya meremasi pantatnya yang montok. Yessica semakin menggeliat keenakan, desahannya pun semakin mengekspresikan rasa nikmat bukan sakit. Pak Joko merundukkan badannya agar bisa menyusu dari payudaranya, diemut-emut dan ditariknya puting itu dengan mulutnya.


Sekitar limabelas menit kemudian mereka berganti posisi karena Pak Joko juga sudah mau mencoblos lagi. Kali ini tanpa melepas penisnya Taryo mengangkat tubuh Yessica, dia sendiri membaringkan diri di tikar sehingga Yessica kini diatasnya. Kemudian Pak Joko menyuruhnya agar mengangkat pinggulnya, Yessica lalu mencondongkan badannya ke depan sehingga pantatnya menungging dan payudaranya tepat di atas wajah Taryo.


“Bapak tusuk di pantat yah Neng, tahan yah kalo agak sakit” kata Pak Joko meminta ijin.“Jangan terlalu kasar yah Pak, saya takut nggak tahan” kata Yessica dengan suara lemas.“Engghh.. Pak!” erangnya saat Pak Joko memasukkan telunjuknya ke anusnya, lalu dia masukkan juga jari tengahnya sambil diludahi dan digerak-gerakkan untuk melicinkan jalan bagi penisnya.


Setelah merasa cukup, Pak Joko mulai memasukkan barangnya ke sana, kelihatannya cukup susah sehingga dia harus pakai cara tarik ulur, keluarin satu senti masukkan tiga senti sampai menancap cukup dalam dan setelah setengahnya lebih dengan sedikit tenaga dia hujamkan hingga mentok.


“Akkhh.. Sakit..!!” erangannya berubah jadi jeritan ketika pantatnya dihujam seperti itu.


Kedua penjaga villa ini bagaikan kuda liar menggarap kedua liang senggama sepupuku, kedua tubuh hitam yang menghimpit tubuh putih mulus itu seperti sebuah daging ham diantara dua roti hangus, mereka sudah bermandikan keringat dan nampak sebentar lagi akan mencapai puncak. Aku sejak tadi sibuk berpindah sana-sini untuk mencari sudut yang bagus.


Yessica mulai mengejang dan mengerang panjang menandai klimaksnya. Tapi kedua penjaga villa itu tanpa peduli terus menggenjotnya hingga beberapa menit kemudian. Mereka mencabut penisnya dan menelentangkan Yessica di tikar. Mereka cukup mengerti permintaan Yessica agar tidak membuang di dalam karena sedang masa subur, Pak Joko menumpahkan ke wajah dan mulutnya, sedangkan Taryo ke perut dan dadanya. Meskipun masih lemas, Yessica tetap menggosokkan sperma itu ke badannya. Ketiganya rebahan dan mengatur kembali nafasnya.


“Gimana Yes, puas nggak?” tanyaku.“Aduh Ci.. Lemes banget, kayak nggak bisa bangun lagi rasanya deh!” jawabnya lemas dengan sisa tenaganya.“Gimana Bapak-Bapak, masih kuat nggak? Gua belum dapat nih!” kataku pada kedua orang itu.“Iya ntar Neng, harus isi tenaga dulu nih!” jawab Pak Joko.“Ya sudah istirahat aja dulu, gua mau minum nih haus!” kataku meninggalkan mereka dan menuju ke dalam.


Aku menuangkan air dingin dari kulkas dan meminumnya. Setelah menutup pintu kulkas dan membalik badan tiba-tiba Taryo sudah di belakangku, kaget aku sampai gelas di tanganku hampir jatuh.


“Duh.. Ngagetin aja lu Tar, dateng nggak kedengeran gitu kaya setan aja!” omelku, “Ngapain? Mo minum?”


Tanpa berkata-kata dia mengambil gelas yang kusodorkan dan meminumnya. Aku melihat tubuhnya yang telanjang, penisnya dalam posisi setengah tegang, pelirnya menggantung di pangkal pahanya seperti kantung air. Setelah berbasa-basi sejenak aku mendekati dan memeluknya, berpelukan mulut kami mulai saling memagut, lidah bertemu lidah, saling jilat dan saling belit, kugenggam penisnya dan kupijati. Elusannya mulai turun dari punggungku ke bongkahan pantatku yang lalu dia remasi.


Kemudian kuajak dia ke ruang tengah lalu kupersilakan dia duduk di sofa. Aku berdiri di hadapannya dan melepas pakaianku satu persatu hingga tak menyisakan apapun di badanku dengan gerakan erotis. Aku berhenti tepat di depannya yang sedang duduk, nampak dia terbengong-bengong menyaksikan keindahan tubuhku, tangannya merabai paha dan pantatku.


“Neng cukur jembut yah, jadi rapih deh hehehe..” komentarnya terhadap bulu kemaluanku yang beberapa hari lalu kurapihkan pinggir-pinggirnya hingga bentuknya memanjang.


Menanggapinya aku hanya tersenyum seraya mendekatkan kemaluanku sejengkal dan sejajar dari wajahnya, seperti yang sudah kuduga, dia langsung melahapnya dengan rakus.


“Eemmhh.. Yess!” desahku begitu lidahnya menyentuh vaginaku.


Kurenggangkan kedua pahaku agar lidahnya bisa menjelajah lebih luas. Sapuan lidahnya begitu mantap menyusuri celah-celah kenikmatan pada kemaluanku. Aku mendesah lebih panjang saat lidahnya bertemu klitorisku yang sensitif. Mulutnya kadang mengisap dan kadang meniupkan angin sehingga menimbulkan sensasi luar biasa. Sementara tangannya terus meremas pantatku dan sesekali mencucuk-cucuk duburku. Aku mengerang sambil meremas rambutnya sebagai respon permainan lidahnya yang liar. Puas menjilati vaginaku, dia menyuruhku duduk menyamping di pangkuannya. Dengan liarnya dia langsung mencaplok payudaraku, putingnya dikulum dan dijilat, tangannya menyusup diantara pahaku mengarah ke vagina. Selangkanganku terasa semakin banjir saja karena jarinya mengorek-ngorek lubang vaginaku.


Selain payudaraku, ketiakku yang bersih pun tak luput dari jilatannya sehingga menimbulkan sensasi geli, terkadang dihirupnya ketiakku yang beraroma parfum bercampur keringatku. Tanganku merambat ke bawah mencari penisnya, benda itu kini telah kembali mengeras seperti batu. Kuelusi sambil menikmati rangsangan-rangsangan yang diberikan padaku. Jari-jarinya berlumuran cairan bening dari vaginaku begitu dia keluarkan. Disodorkannya jarinya ke mulutku yang langsung kujilati dan kukulum, terasa sekali aroma dan rasa cairan yang sudah akrab denganku.


Tubuhku ditelentangkan di meja ruang tamu dari batu granit hitam itu setelah sebelumnya dia singkirkan benda-benda diatasnya. Nafasku makin memburu ketika penis Taryo menyetuh bibir vaginaku.


“Cepet Tar, masukin yang lu dong, nggak tahan lagi nih!” pintaku sambil membuka pahaku lebih lebar seolah menantangnya.


Karena mejanya pendek, Taryo harus menekuk lututnya setengah berjinjit untuk menusukkan penisnya. Aku menjerit kecil merasa perih akibat cara memasukkannya yang sedikit kasar. Selanjutnya kami larut dalam birahi, aku mengerang sejadi-jadinya sambil menggelengkan kepala atau menggigit jariku. Kini dia berdiri tegak memegangi kedua pergelangan kakiku, sehingga pantatku terangkat dari meja. Payudaraku terguncang-guncang mengikuti irama goyangannya yang kasar.


Dalam waktu duapuluh menit saja aku sudah dibuatnya orgasme panjang sementara dia sendiri belum menunjukkan tanda-tanda akan keluar.


Sekarang dia merubah posisi dengan menurunkan setengah tubuhku dari meja, dibuatnya aku nungging dengan kedua lututku bertumpu di lantai, tetapi badan atasku masih di atas meja sehingga kedua payudaraku tertekan di sana. Dia kembali menusukku, tapi kali ini dari belakang, posisi seperti ini membuat sodokannya terasa makin deras saja.


Aku ikut menggoyangkan pantatku sehingga terdengar suara badan kami beradu yaitu bunyi plok.. plok.. tak beraturan yang bercampur baur dengan erangan kami. Tak lama kemudian aku kembali orgasme, tubuhku lemas sekali setelah sebelumnya mengejang hebat, keringatku sudah menetes-netes di meja.


Namun sepertinya Taryo masih belum selesai, nampak dari penisnya yang masih tegang. Aku cuma diangkat dan dibaringkan di sofa, lumayan aku bisa beristirahat sebentar karena dia sendiri katanya kecapekan tapi masih belum keluar. Kami menghimpun kembali tenaga yang tercerai-berai.


“Yessica sama Pak Joko mana Tar? Kok nggak masuk-masuk?” tanyaku pelan.“Nggak tahu juga Neng, mungkin sudah mulai ngent*t lagi di luar, kita lihat aja yuk!”“Oo… kalo gitu ntar aja deh, masih lemas”


Namun sebagai jawabannya Taryo malah menggendong tubuhku dan membawaku ke kebun. Di sana Yessica maupun Pak Joko sudah tidak ada lagi yang ada hanya baju mereka yang berceceran di atas tikar. Sayup-sayup terdengar suara desahan tak jauh dari sini, tepatnya dari kolam renang.


Dengan menggendongku, Taryo berbelok ke kanan menuju ke kolam. Di sana kami melihat di kolam daerah dangkal Pak Joko sedang asyik menggenjot sepupuku dari belakang dengan doggy style. Yessica mendesah-desah dan sesekali menjerit kecil menerima sodokan Pak Joko, rambut panjangnya kini basah oleh air dan terurai karena ikat rambutnya sudah dilepas.


“Neng, kita nyebur juga yuk, biar seger” ajak Taryo.


Aku menganggukkan kepala menyetujuinya, diapun melangkah turun ke air, di sana tubuhku dia turunkan hingga terendam air. Hmm.. Rasanya dingin dan menyegarkan, sepertinya keletihanku agak terobati oleh air.


“Masih kuat juga Pak Joko, sejak kapan mulai lagi nih?” sapa Taryo.“Kuat dong, buat neng-neng cantik ini kapan lagi,” sahut Pak Joko di tengah aktivitasnya.


Air kolam merendamku hingga dada ke atas, aku sandaran pada dinding kolam mengendurkan otot-ototku. Taryo kembali menghampiri dan menghimpit tubuhku. Diciumnya aku dibibir sejenak lalu ciumannya merambat ke telinga dan leher sehingga aku menggeliat geli. Penisnya kugenggam lalu kukocok di dalam air. Dia angkat satu kakiku dan mendekatkan penisnya ke vaginaku. Dengan dibantu tanganku dan dorongan badannya, masuklah penis itu ke vaginaku.


Air semakin beriak ketika dia memulai genjotannya yang berangsur-angsur tambah kencang. Kakiku yang satunya dia angkat sehingga tubuhku melayang di air dengan bersandar pada tepi kolam. Aku menengadahkan wajah menatap langit yang sudah mulai senja dan mengeluarkan desahan nikmat dari mulutku. Mulutnya melumat payudaraku dan mengisapnya dengan gemas membuatku semakin tak karuan.


Aku menoleh ke sebelah untuk melihat Yessica yang berada sekitar lima meter dari kami, sekarang mereka sudah berganti posisi, Yessica duduk di atas pangkuan Pak Joko menggoyang-goyangkan tubuhnya di atas penis Pak Joko yang disaat bersamaan sedang mengenyot payudaranya. Tangan kiri Pak Joko bergerilya mengelusi punggung dan pantatnya. Taryo memang sungguh perkasa, padahal kan sebelumnya dia sudah menggarap Yessica sampai orgasme berkali-kali. Aku sendiri sudah mulai kecapekan dan setengah sadar karena sodokan-sodokan brutalnya. Gesekan-gesekan penisnya dengan dinding vaginaku seperti menimbulkan getaran-getaran listrik yang membuatku gila. Mataku mebeliak-beliak keenakan hingga akhirnya aku klimaks lagi bersamaan dengan Taryo. Spermanya yang hangat mengalir mengisi rahimku.


“Neng.. Neng keluar nih saya!” erangnya panjang sambil meringis.


Rasanya sungguh lemas, badan seperti mati rasa, mataku juga makin berat. Mungkin karena kecapaian di perjalanan atau Taryo yang terlalu bersemangat, akupun tak sadarkan diri, padahal jarang sekali aku pingsan setelah bersenggama. Aku masih sempat merasakan diriku digendong Taryo lalu dibaringkan di pinggir kolam, juga menyaksikan Yessica sedang mengoral Pak Joko yang berdiri berkacak pinggang, nampaknya mereka juga sudah mau selesai, tapi entahlah karena aku keburu tidak sadar.


Aku terbangun ketika langit sudah gelap di kamarku, masih telanjang dan terbaring di ranjang. Yessica lah yang membangunkanku dengan mengguncangkan tubuhku. Dia juga masih telanjang, cuma ada kami berdua di kamar ini. Aku mengucek-ngucek mataku sambil menggeliat.


“Jam berapa Yes?” tanyaku dengan pelan.“Setengah tujuh, mandi yuk, gua juga baru bangun!” ajaknya.“Entar ah, masih lemes sepuluh menit lagi deh!” jawabku dengan malas dan menarik selimut menutup tubuh bugilku.“Ci, handycamnya mana? Lihat dong hasilnya, bagus nggak?”“Mm.. Di ruang tengah kali, terakhir gua taro sana, coba lihat aja”“O iya, Yes.. Sekalian buatin air hangat yah, tinggal buka krannya aja kok, itu otomatis!” pintaku sebelum dia keluar dari kamar.


Dia kembali tak lama kemudian dengan membawa handycam dan segelas air putih. Kugeser tubuhku duduk bersandar ke ujung ranjang. Dia minta aku menyalakan alat itu karena tidak mengerti. Kami menyaksikan hasil rekamanku tadi melalui layar kecil pada alat itu.


“Hot juga lu Yes mainnya, bakat jadi bintang bokep nih!” godaku melihat keliarannya, “By the way, gimana perasaan lu sesudah ngeliat ini?”“Lega Ci, gua akhirnya bisa juga ngebales cowok brengsek itu, biar tahu rasa dia ceweknya main sama orang-orang kaya gini, putus ya putus, gua dah nggak peduli lagi kok” katanya berapi-api.“Sudah dong jangan nafsu gitu Yes, serem ah liatnya!” kataku sambil mengelus-elus punggungnya menenangkan.“Eh.. Gimana airnya, bisa tumpah nih!” kataku mendadak baru ingat limabelas menit kemudian gara-gara asyik ngobrol sambil menonton rekaman itu.


Kami buru-buru ke kamar mandi dengan berlari kecil dan benar saja airnya sudah meluap tapi sepertinya belum lama karena lantainya belum terlalu banjir. Terpaksa harus kubuang sedikit airnya, lalu kutaburi buble bath dan mengocoknya hingga berbusa. Kusuruh Yessica agar membawa saja handycamnya ke sini agar bisa nonton sambil berendam. Hhmm.. Segarnya berendam di air hangat berbusa itu, sepertinya segala beban seharian hilang sudah oleh kesegarannya.


Di bathtub kami saling menggosok punggung kami sambil menonton handycam yang diletakkan di tepi bak yang agak lebar, aku juga membantu Yessica mengkramas rambutnya yang panjang itu. Setelah dua puluh menitan kamipun menyelesaikan mandi kami, kuguyur badanku dengan air membersihkan busa-busa yang menempel lalu mengelap badan dengan handuk. Yessica ke kamar dahulu karena aku mau buang air kecil dulu. Aku keluar dari kamar mandi sambil mengikat tali pinggang kimonoku, di ruang tengah aku berpapasan dengan Pak Joko yang juga baru masuk dari pintu yang menuju kolam.


“Eh Bapak, Taryo mana Pak, kok nggak keliatan?” sapaku.“Oo.. Tadi katanya mau pulang dulu ke rumahnya, ndak tahu deh ngapain,” jawabnya, “Tapi nanti katanya mau ke sini lagi sekalian bawain makanan”


Aku lalu meninggalkannya dan masuk ke kamarku, di sana Yessica yang masih memakai gulungan handuk di kepalanya sedang mengoleskan body lotion pada pahanya. Tak lama kemudian terdengar bel berbunyi, Taryo datang membawa empat bungkus nasi uduk, dia bilang tadi dia menengok istri dan orang tuanya dulu di desa tak jauh dari sini. Kami makan di meja makan, tidak terlalu enak sih, tapi lumayan lah buat sekedar ganjal perut.


Di tengah makan, terdengarlah suara dering HP dari kamarku.


“HP lu tuh Yes, sana gih terima dulu!” kataku padanya.


Yessica bergegas ke kamar meninggalkan makannya yang belum habis sementara kami bertiga meneruskan makan. Taryo selesai paling awal, saat itu Yessica masih belum kembali juga, lama juga neleponnya pikirku.


“Saya panggilin Neng Yessi dulu yah!” kata Taryo setelah meminum airnya seraya melangkah ke kamarku.


Pak Joko sudah selesai makan, sedangkan aku tidak habis karena nasinya kebanyakan, tak enak pula jadi sisanya kubuang. Kami berdua membereskan sendok-garpu dan gelas ke bak cucian, serta membuang kertas pembungkus ke tempatnya.


“Yes, ini makannya habisin dulu dong, dingin nanti!” teriakku padanya, “Wah jangan-jangan si Taryo dah mulai lagi tuh, habis belum keluar-keluar sih”


Kami berdua pun segera ke kamarku dan benar juga apa kataku tadi. Taryo sudah telanjang, duduk selonjoran di ranjang dan mendekap Yessica yang duduk membelakanginya bersandar pada tubuhnya. Kimono putih bermotif bunga-bunga kuningnya tersingkap kemana-mana, payudara kirinya yang terbuka dipencet-pencet dan dimainkan putingnya oleh Taryo. Pahanya terbuka lebar dan dipangkalnya tangan Taryo bermain-main diantara kerimbunan bulunya, mengelusi dan mengocok dengan jarinya.


Tak ketinggalan bahu kirinya yang terbuka dicupangi olehnya. Yessica hanya mendesah dengan ekspresi wajah menunjukkan kepasrahan dan rasa nikmat.


Pak Joko yang terangsang sudah mulai grepe-grepe pantatku dan mulai menyingkap bagian bawah kimonoku. Namun kutepis tangannya.


“Ntar dong Pak, baru juga makan, masih penuh nih perutnya, nggak enak”“Ya sudah nggak apa-apa pemanasan aja dulu neng, boleh ya” jawabnya sambil membuka bajunya sendiri.


Dia menyuruhku jongkok di depan penis hitamnya yang setengah ereksi. Akupun menggenggam penis itu dan mulai memainkan lidahku, kuawali dengan menjilati hingga basah kepala penisnya, lalu menciumi bagian batangnya hingga pelirnya. Kantong bola itu kuemut disertai mengocok batangnya dengan tanganku.


Perlahan tapi pasti benda itu ereksi penuh karena teknik oralku. Desahan Yessica tidak terdengar lagi, kulirikan mataku melihatnya, ternyata, keduanya sedang asyik berfrech-kiss. Posisi mereka tidak berubah, Yessica hanya menengokkan kepalanya ke samping saja agar bisa saling memagut bibir dengan Taryo.


Pak Joko menikmati sekali permainan lidahku, dia terus merem-melek dan mendesah tak henti-hentinya saat penisnya kukulum dan kuhisap-hisap. Lama juga aku mengkaraokenya, sampai mulutku pegal, akhirnya dia suruh aku berhenti agar tidak cepat-cepat keluar. Saat itu Taryo dan Yessica sudah ber-posisi 69 dengan pria di atas. Yessica masih mengenakan kimononya yang sudah terbuka sana-sini memainkan penis Taryo yang menggantung dengan mulutnya. Sedangkan Taryo sibuk melumat vagina Yessica, klitorisnya dijilati sehingga tubuh Yessica menegang kenikmatan. Kulihat paha mulusnya menegang dan menjepit kepala Taryo.


Setelah berdiri Pak Joko memagut bibirku yang kubalas dengan tak kalah hot, aku memainkan lidahku sambil tanganku memijat penisnya. Tangannya meraih tali pinggangku dan menariknya lepas hingga kimonoku terbuka. Sambil terus berciuman tangannya menggeser kain yang menyangga pada kedua bahuku maka melorotlah kimono itu, ditubuhku pun sudah tidak menempel apapun lagi.


Aku melepas ciuman untuk mengajaknya ke ranjang agar lebih nyaman. Di sebelah Yessica dan Taryo yang masih ber-69 kutelungkupkan tubuh telanjangku dan menaruh kepalaku di atas kedua lengan terlipat seperti posisi mau dipijat, dari sini dapat kulihat jelas ekspresi wajah Yessica yang meringis menikmati vaginanya dilumat Taryo, sementara dia memainkan penis yang menggantung di atas wajahnya. Pak Joko menaikiku lalu mencium juga mengelusi punggungku, aku mendesah merasakan rangsangan erotis itu. Ciumannya makin turun sampai ke pantatku, disapukannya lidahnya pada bongkahan yang putih sekal itu, diciumi, bahkan digigit sehingga aku menjerit kecil.


Mulutnya turun ke bawah lagi, menciumi setiap jengkal kulit pahaku. Betis kananku dia tekuk, lalu dia emuti jari-jari kakiku. Beberapa saat kemudian dia menekuk paha kananku ke samping sehingga pahaku lebih terbuka. Aku mulai merasakan jari-jarinya menyentuh vaginaku, dua jari masuk ke liangnya, satu jari menggosok klitorisku. Rambutku dia sibakkan dan aku merasakan hembusan nafasnya terasa dekat wajahku. Leher dan tengukku digelikitik pakai lidahnya, juga telingaku, aku tertawa-tawa kecil sambil mendesah dibuatnya. Aku suka rangsangan dengan sensasi geli seperti ini.


Sementara di sebelah kami semakin seru karena Taryo sudah menindih Yessica dan memacu tubuhnya dengan cepat. Yessica menggelinjang dan mengerang setiap kali Taryo menyentakkan pinggulnya naik-turun, tangannya kadang meremasi sprei dan kadang memeluk erat si Taryo. Pak Joko mengangkat pantatku ke atas, kutahan dengan lututku dan kupakai telapak tangan untuk menyangga tubuh bagian atasku. Sesaat kemudian aku merasakan benda tumpul menyeruak ke vaginaku.


Seperti biasa aku meringis dengan mata terpejam menghayati moment-moment penetrasi itu. Aku tak kuasa menahan desahanku menerima hujaman-hujaman penisnya ke dalam tubuhku. Sensasi yang tak terlukiskan terutama waktu dia memutar-mutar penisnya di vaginaku, rasanya seperti sedang dibor saja, aku tak rela kalau sensasi ini cepat-cepat berlalu, makannya aku selalu mendesah:


“Terus.. Terus.. Jangan pernah stop!”


Yessica dan Taryo berguling ke samping sehingga kini Yessica yang berada di atas dan lebih memegang kendali. Dengan liarnya dia menggoyangkan tubuhnya di atas Taryo, diraihnya tangan Taryo untuk meremas payudaranya. Wow.. Kali ini dia bahkan lebih binal dan agresif dari tadi siang, di tengah erangannya dia memaki-maki pacarnya yang menyakiti hatinya.


“Randy anjing.. Ahh.. Lu kira aku uuhh.. nggak bisa.. Nyeleweng apa! Engghh.. Terus Bang.. ent*t gua buat ngebales.. Aahh.. Cowok sialan itu!!”


Kocokan Pak Joko padaku bertambah cepat dan kasar, otomatis eranganku pun tambah tak karuan, sesekali bahkan aku menjerit kalau sodokannya keras. Karena sudah tak bisa bertahan lagi, aku mengalami orgasme dahsyat, sementara Pak Joko dia tak mempedulikan kelelahanku, justru semakin gencar menyodokku. Tanpa melepas penisnya dia baringkan tubuhku menyamping dan menaikkan kaki kiriku ke pundaknya, dengan begini penisnya menancap lebih dalam ke vaginaku. Selangakanku yang sudah basah kuyup menimbulkan bunyi kecipak setiap menerima tusukan.


Dalam posisi ini aku bisa menyaksikan Taryo dan Yessica tanpa menoleh. Payudaranya yang berayun-ayun akibat goyangan badannya mendapat kuluman Taryo, beberapa kali kulumannya lepas karena Yessica menggoyangkan tubuhnya dengan kencang, namun dengan sabar Taryo menangkapnya dengan mulut dan mengulumnya lagi.


“Yahh.. ent*t aku Bang.. Sedot susuku sampai puas.. Ahh.. Perlakukan aku sesukamu.. Biar bajingan itu tahu rasa!!” erangnya terengah-engah melampiaskan dendamnya


Sambil terus menggenjot, Pak Joko menyorongkan kepalanya ke payudaraku, putingnya ditangkap dengan mulut kemudian digigit dan ditarik-tarik, aku merintih dan meringis karena nyeri, namun juga merasa nikmat. Sementara situasi di sebelah nampaknya makin seru, kalau tadi siang Yessica didominasi oleh mereka berdua, kini sebaliknya Yessicalah yang lebih mendominasi permainan dan justru Taryo dibuat ngos-ngosan oleh keliarannya. Setelah menggelinjang dan mendesah ketika mencapai klimaks, dia mencabut penis itu dari vaginanya, lalu menggeser dirinya ke bawah dan menjilati serta mengulum penis itu seperti orang kelaparan. Taryo sampai merem-melek dan mendesah-desah dibuatnya.


Dalam jangka waktu lima menitan cairan putih kentalnya sudah menyemprot bagaikan kilang minyak, bercipratan membasahi wajah Yessica, Yessica terus mengocok dengan tangannya, mulutnya dibuka membiarkan cipratan itu masuk ke mulutnya, rambutnya yang panjang itu juga terkena cipratan sperma. Setelah semprotannya reda, dia menjilati sisanya yang masih menetes, kepala penis Taryo yang seperti jamur hitam itu disedot-sedot. Sesudahnya dia mengelap cipratan di wajahnya dengan jarinya, dihisapnya jari-jarinya yang belepotan sperma itu, sisanya dibalurkan merata di wajahnya. Kemudian dia rebahan di atas tubuh Taryo, kepalanya bersandar di dadanya, keduanya berpelukan seperti sepasang kekasih.


Aku merasakan sebentar lagi giliran aku klimaks, dinding vaginaku makin berdenyut.


“Ayoo.. Pak, terus.. Citra sudah mau..!” desahku dengan nafas tersenggal-senggal.


Tak lama kemudian aku merasakan tubuhku makin terbakar, aku menggeliat sambil memeluk guling erat-erat. Desahan panjang menandakan orgasmeku bersamaan dengan mengucurnya cairan cintaku membasahi selangkanganku. Dia melepas penisnya dan menurunkan kakiku, spermanya dikeluarkan di dadaku, setelah itu dia ratakan cairan kental itu ke seluruh payudaraku hingga basah mengkilap.


Belum habis rasa lelahku, dia sudah tempelkan kepala penisnya di bibirku, menyuruh membersihkannya. Dengan sisa-sisa tenaga aku genggam benda itu dan menyapukan lidahku dengan lemas, kujilat bersih dan sisa-sisa spermanya kutelan saja. Akhirnya kami pun terbaring bersebelahan, keringatku bercucuran dengan deras, dadaku naik-turun dengan cepat karena ngos-ngosan.


“Ck.. Ck.. Ck.. What a naughty girl you are, Ci!” terdengar Yessica berkata dari sebelahku.


Aku menoleh ke arahnya yang masih berbaring di tubuh Taryo, dan membalasnya tersenyum. Kami masih sempat ngobrol-ngobrol beberapa menit sebelum satu-persatu tertidur kecapekan.


Pagi jam sembilan aku terbangun dan menemukan diriku telanjang tertutup selimut, tidak ada siapapun di kamar semua sudah pergi. Jendela sudah terbuka sehingga sinar matahari menerangi kamar ini, dari luar terdengar suara kecipak air. Aku turun dari ranjang dan melihat ke luar jendela, di kolam Yessica sedang berenang sendirian, tanpa sehelai benangpun.


“Yes.. Ooii!” sapaku sedikit teriak sambil melambai, “Mana tuh dua orang itu!?”


Dia menoleh ke asal suara dan balas melambai, “Nggak tahu tuh, kalau Pak Joko tadi lagi nyapu di depan, sini Ci, segar loh renang pagi gini!”


Aku keluar dari kamar dan menyusulnya ke kolam. Baru turun dari tangga, aku hampir bertabrakan dengan Pak Joko yang muncul di sebelah dengan memegang sapu, dia baru masuk ke sini setelah selesai membersihkan halaman depan.


“Aduh, Bapak, ngagetin aja.. Hampir deh!” kataku sambil mengelus dada, “O ya, Taryo hari ini nggak bisa ke sini ya katanya?”“Haduh.. Bapak juga kaget Neng nongolnya mendadak gini.. Taryo ya, tadi pagi dia pulang ke kampungnya lagi, tapi memang dia bilang hari ini nggak bisa ke sini soalnya entar siang majikannya datang!”


Kebetulan dia ingin minta ijin padaku untuk menengok cucunya yang baru sembuh di desa, tapi sesudah makan siang dia berjanji akan kembali. Setelah dia pergi tinggallah kami dua gadis di villa ini.


Hampir sejam lamanya kami berenang dan mengobrol di kolam. Setelah mandi bersih aku memasak dua bungkus mie Korea untuk sarapan. Habis makan aku mengajaknya jalan-jalan mengelilingi kompleks sekalian menikmati suasana pegunungan yang tenang dan sejuk. Sepanjang jalan, hampir semua orang yang kami temui (terutama pria) memperhatikan kami, bahkan beberapa sempat menggoda dengan kata-kata. Tidak heran sih, karena aku memakai pakaian kemarin yang seksi itu, sedangkan Yessica memakai rok mini warna hitam dengan atasan kaos u can see kuning yang ketat sehingga mencetak bentuk badan dan payudaranya yang menantang. Untung hari ini tidak banyak angin, kalau tidak rok yang bahannya lembut itu sudah tertiup angin kemana-mana.


Kami sih berlagak cuek aja dengan tatapan-tatapan nakal mereka. Siapa sangka justru penjaga villa yang biasa kurang dianggap malah lebih beruntung dibanding om-om dan pemuda kaya yang kami temui. Ketika pulang kami melihat di villa sebelah sudah terparkir dua buah mobil dan beberapa anak-anak asyik bermain di balik pagar. Majikan Taryo dan familinya sudah datang, berarti dia tidak bisa menemani kami lagi karena sibuk melayani mereka.


Di rumah, Yessica meminta kalau nanti ML lagi agar kembali disyuting, dia juga menyayangkan kenapa aku tidak mensyutingnya semalam, padahal menurut dia semalam itu sangat hot adegannya. Iya juga sih pikirku, tapi kan waktu itu nafsu sudah diubun-ubun sampai lupa mau mensyuting juga.


Jam tigaan, setelah Pak Joko kembali, Yessica memintaku mensyutingnya lagi. Kali ini settingnya di ruang tengah tempat Taryo menggarapku kemarin. Yessica dan Pak Joko duduk bersebelahan di sofa, begitu kuberi aba-aba, mereka berpelukan, Pak Joko melumat bibir Yessica dan lidah mereka mulai beradu. Sambil berciuman tangan Pak Joko meraba-raba paha mulusnya semakin ke atas menyingkap roknya yang pendek, Yessica pun tidak kalah aktif, dia meremasi selangkangan Pak Joko dari luar celananya. Kemudian Pak Joko menjatuhkan tubuhnya ke depan menindih Yessica. Mereka mulai saling melucuti pakaian pasangannya sampai bugil.


Yessica dua kali orgasme di atas sofa, selanjutnya kami pindah ke kamar mandi, mereka bercinta di bawah siraman shower, Yessica menyandarkan tangannya di tembok menerima sodokan Pak Joko dari belakangnya. Sambil menggenjot, Pak Joko menyuruhku mengambil sabun cair dekat bathtub, dia menuangkannya ke tangannya lalu membalurinya ke tubuh Yessica. Tangannya yang kasar itu menggosok seluruh tubuhnya, paha, pantat, perut, naik ke payudaranya, lama-lama tubuh sabun cair itu semakin berbusa di tubuh Yessica.


Usai menyabuni Yessica, dia membalik tubuhnya menghadapnya. Kaki kanannya diangkat sepinggang, penisnya diarahkan memasuki lubang senggamanya. Dengan gencarnya dia mengocok sepupuku dalam posisi berdiri. Tak lama kemudian Yessica menengadah dan mengerang panjang mengalahkan suara shower.


“Oohh.. Keluar Pak!!” sambil mempererat pelukannya.


Yessica berlutut dan menerima semprotan sperma Pak Joko di wajahnya. Adegan di kamar mandi ini menyudahi persenggamaan siang ini. Malam harinya kami main threesome di kamarku. Pak Joko berbaring sambil menikmati vagina Yessica yang naik ke wajahnya, sementara aku sibuk melayani penisnya dengan mulut dan lidahku. Semakin kukulum semakin keras dan berdenyut benda itu, kulakukan itu sepuluh menit lamanya. Sayang sekali kalau cepat-cepat orgasme sedangkan aku belum mencapai kepuasanku. Akupun naik ke selangakangannya dan memasukkan benda itu ke vaginaku.


“Uuugghh..!” desahku saat benda itu menusuk ke dalam.


Di sela-sela kegiatan menikmati vagina sepupuku, dia juga mendesah merasakan jepitan vaginaku terhadap penisnya. Liarnya goyanganku membuatnya makin liar memperlakukan Yessica, jilatan-jilatannya nampak lebih seru sampai suara menyeruput cairannya pun terdengar. Tangannya dijulurkan ke atas meraih kedua payudaranya, meremasnya sambil terus menyedot vaginanya.


“Ahh.. Ohh.. Pak!” desah Yessica sambil menggeliat-geliat.


Setelah Yessica mencapai orgasme, Pak Joko mengajak ganti posisi. Kali ini aku nungging di atas Yessica dengan gaya 69, kembali Pak Joko menusukku dari belakang, sesekali kurasakan lidah Yessica pada vaginaku, di bawah sana dia sedang menjilati vagina dan penis Pak Joko yang sedang keluar masuk. Sebagai responnya, aku juga menjilati vaginanya yang basah oleh cairan orgasme dan ludah. Aku menjilati bibir vaginanya hingga klitorisnya yang merah itu. Hhmm.. Dia memakai pembersih kewanitaan dengan merek yang sama seperti punyaku, aku sudah hafal dengan aromanya.


Tangan Pak Joko mulai merayap di payudaraku, memilin putingnya dan memijatinya. Aku tidak bisa menahan lebih lama lagi sesuatu yang mau meledak dalam diriku, aku mengerang panjang saat mencapai puncak. Genjotannya masih berlangsung beberapa menit ke depan sehingga memberiku kenikmatan lebih lama. Selesai membawaku ke puncak, kini dia mengincar Yessica. Dia rebahan lalu menyuruh Yessica menaiki penisnya yang masih mengacung tegak, benda itu basah mengkilap berlumuran lendirku. Dia mengisi vaginanya dengan penis itu diiringi desahan, setelah berhasil menancapkannya tanpa buang waktu lagi dia menggoyangkan tubuhnya. Pak Joko sendiri turun menyentak-nyentakkan pinggulnya ke atas merespon goyangan badannya.


Birahiku mulai naik lagi, maka aku menaiki wajah Pak Joko dalam posisi berhadapan dengan Yessica. Tanpa diminta lagi, lidahnya sudah beraksi menyusuri organ kewanitaanku, jilatannya diselingi kocokan jari tangan yang bergerak liar di dalam vaginaku, desahanku pun semakin menjadi-jadi. Kedua telapak tanganku saling genggam dengan Yessica. Rasa nikmatku kulampiaskan dengan memagut bibir sepupuku, lidah bertemu lidah lalu saling jilat. Lidah Pak Joko bukan saja menjilati vaginaku, duburku pun tidak luput darinya.


“Yeeaah, gitu Pak.. Terus.. Yahh.. Jilati aku sepuasmu!” demikian desahku menghayati setiap jilatannya.


Orgasmeku hanya lebih beberapa detik dari Yessica, tubuh kami menggelinjang di atas tubuh Pak Joko diiringi erangan yang sahut-menyahut. Cairan yang meleleh dari vaginaku dilahapnya dengan rakus sekali sampai terdengar suara menyeruputnya. Yessica mencabut penis itu dari vaginanya kemudian rebahan di antara paha Pak Joko mengoral penisnya. Aku juga merundukkan badanku ke depan mendekati penis yang masih tegak itu. Berdua kami melayani Adik kecilnya dengan kocokan, jilatan, dan hisapan selama lima menit hingga isinya muncrat ke wajah kami. Kami masih terus mengocok-ngocoknya hingga tetes terakhir, pemiliknya sampai berkelejotan dan melenguh nikmat akibat perbuatan kami. Maninya sudah tidak sebanyak kemarin sehingga kami sedikit berebutan untuk mendapatkannya.


Kami terkulai lemas, tubuh kami sudah berkeringat, nafas pun sudah putus-putus.


“Hebat juga ya Bapak ini, bisa tahan segitu lama sama dua cewek” pujiku.“Ahh.. Neng ini, sebenernya sih berkat jamu tadi sore hehehe!” katanya dengan tersipu malu.“Oo.. Pantes tadi nafasnya bau gitu, tapi hebat juga ya jamunya Pak” sahut Yessica sambil merapat dan menyandarkan kepalanya pada dadanya.


Sungguh seperti kaisar saja Pak Joko malam itu, tidur diapit dua gadis muda dan cantik, suatu hal yang membuat banyak cowok iri tentunya. Dia juga berterima kasih pada kami karena telah membuatnya merasa muda kembali di usianya. Besoknya jam sebelas kami sudah berangkat kembali ke Jakarta. Tidak lupa kami memberi ciuman perpisahan padanya, Yessica pipi kiri dan aku pipi kanan, lalu dibalasnya dengan menepuk pantat kami bersamaan.


Hari itu juga, sore harinya kami membawa rekaman handycam itu ke Verna untuk ditransfer dalam bentuk vcd (komputer Verna memang paling lengkap walau sebenarnya milik adiknya yang sedang kuliah di luar negeri). Cd masternya dibawa Yessica sebagai koleksi pribadinya, copy-nya untuk kami, tentunya hanya untuk kalangan kita-kita saja. Dia mengabariku seminggu setelah kepulangannya bahwa dia telah memutuskan hubungan dengan pacarnya setelah sebelumnya dia mengajak cowoknya menonton bersama rekaman di villa itu sebagai pembalasannya. Kata-kata terakhir pada cowoknya sebelum berpisah adalah…


“Kalau lu bisa main gila, gua juga bisa bikin yang lebih gila!”


Sekarang ini dia sudah mempunyai pacar baru yang lebih muda empat tahun darinya, sifatnya juga lembek, biar lebih gampang dikendalikan katanya. Duh.. Dasar Yessica, jadi woman rule nih ceritanya. O, ya met skripsi juga Yes, good luck and success.